Monday, September 3, 2012

Breastfeeding Jaundice VS Breastmilk Jaundice

Sesuai janji, nih sekarang Meta bakal nulis soal Breastfeeding Jaundice vs Breastmilk Jaundice

BreastFeeding Jaundice

Selain physiologic jaundice,  bayi yang dapet ASIX bakal mengalami BFJ juga. Penyebabnya jelas adalah kurangnya asupan "makanan" alias ASI. Biasanya BFJ ini timbul di hari ke-2 atau ke-3 waktu ASI ibu belum banyak, sehingga sirkulasi enterohepatik meningkat. (Udah dijelasin di post sebelumnya yaaa). BFJ engga perlu pengobatan apa-apa.

Untuk mengurangi BFJ perlu tindakan sebagai berikut :
- IMD sewaktu melahirkan. (I didnt have the chance, hiks.)
- posisi dan perlekatan bayi harus bener. Bisa konsultasi ke konselor kalo engga yakin.
- susui bayi on demand tapi sekurang-kurangnya 8 kali sehari
- jangan dikasih air gula, air putih atau apapun lainnya selain ASI. (Pasien Meta malah pernah dikasih..air degan *pingsan*)
- liat ASI cukup apa engga, caranya lihat popok bayi (engga disaranin pake dispo dulu yak makanya), pipis seengganya 6 kali dan pup 3-4 kali.

Breastmilk Jaundice
Karakteristik BMJ adalah kadar bilirubin indirek yang masih meningkat setelah 6-7 hari pertama, berlangsung lebih lama dari physiologic jaundice yaitu 3-12 minggu dan engga ada penyebab kuning lainnya. Penyebab BMJ emang berhubungan dengan pemberian ASI dari seorang ibu tertentu dan biasanya akan timbul pada setiap bayi yang disusukannya, tapi bergantung juga sama kemampuan si bayi  mengkonjugasi bilirubin indirek (misalnya seorang bayi prematur kaya Naya nakal lebih berat kuningnya. Dan Meta harus waspada kalo kelak punya anak lagi, biasanya juga bakal kena BMJ).

Sebab BMJ belum jelas, tapi kalo buka-buka jurnal, ada beberapa faktor yang diduga keras sebagai pihak yang bertanggungjawab *halah*:
- adanya hasil metabolisme progesteron yaitu pregnase-3-alpha 20 beta-diol di dalam ASI yang menghambat uridine diphosphoglucocoronic acid (UDPGA) glucoronyl transferase
- adanya peningkatan konsentrasi asam lemak bebas yang nonesterefied yang menghambat fungsi glukoronid transferase di hati
- peningkatan sirkulasi enterohepatik oleh karena adanya 1) peningkatan aktivitas beta-glukoronidase di dalam ASI dan dengan demikian di dalam usus bayi yang mendapat ASI dan 2) keterlambatan flora usus bayi yang mendapat ASI
- gangguan pada aktivitas uridine diphosphoglucocoronil transferase (UGT1A1) pada bayi yang homozigot atau heterozigot untuk sindrom Gilbert.


Engga mudheng? Maaaap, lagi-lagi Meta engga bisa nyari padanan yang lebih sederhana:D

Gimana cara ngediagnosa BMJ?
First thing first, semua penyebab kuning harus disingkirkan. Jadi pemeriksaan penyebab kuning kayak golongan darah anak (untuk kemungkinan inkompabilitas), G6PD, coomb test, dll WAJIB dilakuin dulu. Diagnosa BMJ ini emang by exclusion. Kalo semua kemungkinan penyebab sudah diperiksa dan hasilnya negatif, baru deh kita bisa menganggap bayi kuning karena BMJ.



Emang apa sih bahayanya kuning?
Yang paling nakutin dari hiperbilirubinemia (indirek) adalah kalo sampai terjadi "kernicterus", dimana kadar bilirubin bisa "menembus" otak. Bisa menyebabkan kejang dan sampai kematian. Biasanya tanda-tanda mau kernikterus, bayi demam, lemes banget maunya tidur aja dan nangisnya high-pitch. Ini nih yang bikin para dokter harus waspada setiap liat bayi kuning.

Sebenernya, kalo menurut Jack Newman (Berdasarkan email-emailan pribadi ihiiiy), bilirubin pada BMJ ataupun BFJ engga bakal nyebabin kernikterus setinggi apapun karena bilirubin BMJ dan BFJ engga bisa nembus blood-brain-barrier. Tapi tetep aja sih, kalo menurut Meta upaya penurunan bilirubin kayak fototerapi itu penting.

Meta pernah denger nih, ada seorang ibu ngobrol sama temennya yang lagi panik gegara sang bayi kuning, harus opname, dicek darahnya dan disinar. "Sekarang semua bayi ASIX banyak yang kuning, banyak yang cuma disinar di rumah dan buktinya baik-baik aja. Engga usahlah diperiksa darah segala macem apalagi sampe diopname buat disinar. Dokternya aja yang lebay, biar kita keluar uang lebih banyak.

Iya kalau bener emang BMJ atau BFJ. Kalau bukan? Emangnya mau gitu ngambil resiko? Ya kalo mau sih silakan aja, engga usah pake suudzon napeh:p

Ini diambil dari The AAP Clinical Practice Guideline on Management of Hyperbilirubinemia in the Newborn Infant 35 or More Weeks of Gestation. Guideline ini nunjukin batas nilai bilirubin yang perlu difototerapi pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan 35 minggu atau lebih.


Contoh ya, X, bayi yang lahir di usia kehamilan 39 minggu, mulai kuning pas umur 5 hari. Kadar bilirubin totalnya 14 mg/dL. Waktu lahir si X ini engga langsung nangis alias asphyxia. Tapi sekarang keliatannya baik-baik aja. Engga males dan nyusunya pinter. Perlu difototerapi engga? Jawabannya... engga.

Liat garis putus-putus yang tengah (infants at medium risk). Kenapa garis yang tengah? Karena walaupun X lahir di usia kehamilan lebih dari 38 minggu, tapi dia punya risk factor, which is asphyxia. Nah setelah itu liat kadar bilirubinnya (14), tarik garis ke kanan. Cocokin umurnya X mulai kuning (5 hari), tarik garis ke atas yang berpotongan sama garis bilirubin tadi. Titik potongnya ada dimana? Di bawah garis putus-putus yang tengah kan? Artinya masih belum perlu difototerapi, begitu:D


Terus beneran engga sih cukup dijemur aja?
 Well, sejauh Meta mencari, engga ada satu pun jurnal yang bilang kalau bilirubin bisa turun dengan cara dijemur di sinar matahari. Tapi, buat Meta sih engga ada salahnya karena sinar matahari pagi bagus buat sumber vitamin D. BUKAN buat ngilangin kuning lho yaaa..


Kalo ada dokter yang ngasih saran stop ASI sementara pada bayi yang bilirubinnya tinggi banget, ya engga salah juga lho! Makanya di post sebelum ini, Meta nulis kalau penghentian ASI HAMPIR engga pernah penting. Hampir, dan bukannya engga sama sekali. Ada lho di guidelinenya AAP.


Kalo kadar bilirubin dekat banget sama batas garis, suplementasi dengan sufor sangat beralasan selain fototerapi. Dengan catetan, pemberian sufor harus tetap dipertimbangkan caranya biar bayi engga bingung puting. Dan selama pemberian sufor itu, kadar bilirubin harus dicek lagi apakah membaik. Pada sebagian besar kasus penghentian ASI untuk beberapa lama akan memberi kesempatan hati mengkonjugasi bilirubin indirek yang berlebihan tersebut, sehingga kalo ASI diberikan kembali kenaikannya engga akan banyak dan kemudian berangsur turun. Apabila kadar bilrubin engga turun maka penghentian pemberian ASI dilanjutkan sampai 18-24 jam dengan mengukur kadar bilirubin setiap 6 jam. Apabila kadar bilirubin tetap meningkat setelah penghentian ASI selama 24 jam maka jelas penyebabnya bukan karena ASI dan ASI boleh diberikan kembali sambil mencari penyebab kuning lainnya.




Walaupun begitu, lagi-lagi menurut Jack Newman, penghentian ASI engga seharusnya dilakukan hanya untuk mendiagnosis apakah itu BMJ atau bukan. Banyak pendapat, terserah mau diambil yang mana:D

Udahan ah, segitu dulu yaaa.. Semua yang Meta tulis ini adalah rangkuman dari berbagai jurnal dan review, plus juga oom Jack Newman dong *sok kenal*. Semoga engga bingung lagi, dan semoga ngebantu!:D


3 comments:

Ratna Wahyu said...

met, nanya.. perlunya difototerapi tuh klo misalnya titik potongnya di atas garis putus2 gt ya? agak2 bingung nih, heheh. thx

Meta Hanindita said...

Iya betul:D

Hanifah Rahmania said...

Makasih kakak dokter meta. Postingannya bermanfaat banget :)

Salam kenal saya mahasiswi FK semester 4 yg lagi belajar neonatologi :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...