Saturday, September 2, 2017

Lagi, Tentang MPASI

Kali ini, saya akan membahas beberapa "kebingungan" yang sering kali dilakukan orangtua berhubungan dengan pemberian MPASI anak. Saya sengaja mengangkat topik ini karena terus terang, sering sekali kebingungan dengan aturan MPASI yang berbeda (dan sedang ngetren) di luar sana (baca: social media). Bingung kenapa? Karena TIDAK JELAS sumbernya:)))) Lebih bingung lagi karena yang tidak jelas sumbernya ini justru yang paling banyak dishare dan diikuti orangtua se-Indonesia.

Perbedaan pendapat sih tak masalah ya menurut saya, karena jangankan orang awam, asosiasi dokter spesialis anak pun di seluruh dunia kadang mengeluarkan rekomendasi yang berbeda. Misalnya saja mengenai kapan pemberian MPASI yang tepat. WHO dan IDAI merekomendasikan tepat di usia 6 bulan, sedangkan ESPGHAN (European Society Pediatric Gastrohepatology and Nutrition) merekomendasikan di antara usia 17 minggu hingga 26 minggu. Lalu yang tepat yang mana? Ya bisa kedua-duanya selama ada bukti ilmiah yang beralasan. Ingat ya, selama ADA BUKTI ILMIAH-nya. 

Kalau hanya sekadar "katanya grup" atau "katanya postingan di FB yang sedang viral", apalagi "katanya" yang entah "nya"-nya siapa sih jelas tidak dapat dianggap bukti ilmiah, dan dengan demikian tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah pula. Kalau pun tetap mau diikuti, ya silakan, toh memang hak masing-masing orangtua yaa hehe .Tapi sekali lagi, saya merasa bertanggung jawab untuk memberikan edukasi ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan kepada para orangtua:D


Baiklah, saya mulai yaaa.

Katanya daging-dagingan harus diberikan saat bayi sudah tumbuh gigi atau di atas 8 bulan. Betulkah ini?
Tidak. Tidak ada hubungannya antara pemberian daging dengan tumbuhnya gigi. WHO bahkan merekomendasikan pemberian daging sejak awal MPASI karena daging merupakan sumber zat besi yang baik untuk bayi. Jadi, sejak 6 bulan pun, boleh (banget!) lho memberikan bayi daging. Tentu saja dengan tekstur yang disesuaikan yaa.

Katanya telur harus diberikan di atas usia 10 bulan untuk mencegah alergi? Soalnya saya alergi juga. Takut sekali kalau anak saya alergi.
Tidak. Banyak orangtua yang menunda pengenalan makanan tertentu seperti telur, ikan laut, daging pada bayi karena khawatir terhadap munculnya reaksi alergi. Padahal, penelitian membuktikan penundaan pengenalan makanan tertentu TIDAK mencegah gejala alergi pada anak yang memang mempunyai risiko alergi. Penelitian lain menunjukkan justru penundaan pengenalan makanan padatlah (telur, oat dan gandum) pada bayi diatas 6 bulan yang berhubungan kuat dengan munculnya alergi saat anak berusia 5 tahun.

Katanya untuk mencegah kelak anak menjadi alergi, saat hamil ibu seharusnya menghindari makanan-makanan yang bisa menyebabkan alergi. Betul tidak?
Tidak. Hingga saat ini, tidak ada bukti ilmiah yang dapat menunjukkan kalau penghindaran makanan sejak ibu hamil dapat mencegah alergi pada bayi. Justru makanan-makanan yang biasanya menyebabkan alergi seperti susu sapi, telur, ayam, kacang-kacangan adalah sumber nutrisi yang sangat baik untuk ibu hamil. Jika memang ibu hamil tidak memiliki alergi terhadap makanan-makanan tersebut, lanjuuuut sajaaa:D

Katanya WHO merekomendasikan pemberian menu tunggal selama 14 hari untuk awal MPASI?
Berhubung banyak sekali yang menanyakan hal ini, saya sampai kebingungan dan membaca semua guideline WHO untuk pemberian MPASI. Dari semua guideline yang saya baca tersebut, TIDAK ADA satu pun kalimat yang menyatakan hal ini. Kalau memang ingin membaca langsung guidelinenya, bisa didownload sendiri kok dengan kata kunci: Guideline Complementary Feeding WHO.

Ini pun sebetulnya pernah saya bahas di postingan sebelumnya. Hingga saat ini, belum ada yang dapat menunjukkan ke saya, bukti tertulis dan ilmiah pedoman WHO yang mana yang menunjukkan hal tersebut. Sedihnya, banyak sekali yang ikut-ikutan tanpa mengetahui landasannya. Memangnya kenapa sih? Coba saya bahas satu-satu yaa. Kebetulan, saya mendapat informasi tentang panduan MPASI (yang katanya dari) WHO ini lewat postingan Facebook yang sudah dishare ratusan ribu kali!

Jadi di postingan tersebut dikatakan bahwa MPASI diawali dengan memberikan menu tunggal selama 14 hari dengan menggunakan 28 bahan yang berbeda (tidak ada pengulangan bahan) + lemak tambahan. Ada pula contoh menu tunggal seperti ini: Pagi--> tofu, sore--> pepaya, diberikan pada pagi dan sore hari sebanyak 2-3 sendok makan.

Supaya tidak dibilang dokter anaknya yang tidak update:p ngarang, saya akan sertakan juga bukti otentik berupa pernyataan dari buku guideline WHO yaa.

Dikatakan bahwa bahan dasar MPASI adalah staple food di daerah lokal masing-masing. Staple food ini adalah makanan pokok yang merupakan sumber karbohidrat. Di Indonesia, well di Jawa deh ya biar lebih spesifik, makanan pokoknya adalah beras. Betul engga? Jadi jelas, pemberian MPASI perdana adalah berbahan beras.

Kemudian di guideline WHO tersebut juga dikatakan bahwa beras saja tidak cukup memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, sehingga harus ditambahkan sumber protein hewani, produk turunan susu, kacang-kacangan, sayuran dan buah serta minyak atau lemak yang merupakan sumber lemak.

Nah kalau memang betul pemberian menu tunggal yang dicontohkan di atas adalah tofu dan wortel, kira-kira bagaimana? Sama engga pengertiannya dengan pedoman WHO yang betulan (bukan who are you atau who am i *mendadakamnesia) ?:))))

Sekarang begini deh, WHO itu kan badan dunia yaaa. Kalau sampai WHO mengeluarkan rekomendasi, pastinya bukan hanya orang Indonesia saja yang tahu. Pasti orang-orang di negara lain sedunia tahu semua. Iya engga? Sekarang, googling deh. 14 days single menu atau 14 days single ingredient WHO, atau apalah tentang 14 hari menu tunggal ini dalam bahasa Inggris. Ada engga? Pasti engga ada kan? Karena yang menulis tentang ini semua orang Indonesia saja. Lalu kira-kira, fair engga kalau "pedoman" ini di-share atas nama WHO?:D

Katanya untuk mengetahui adanya reaksi alergi, makanan baru harus dicobakan selama 3-5 hari. Betul engga?
Betul. Ini adalah rekomendasi AAP (bukan WHO) yang menyatakan sebaiknya untuk mengetahui adanya potensi alergi, bayi diberikan bahan baru harus dicoba selama 3-5 hari dulu. Tapi tentu maksudnya bukan menu tunggal yaa. Jika sebelumnya sudah aman, yaa boleh dicampur.

Misalnya nih, 5 hari pertama mencoba bubur beras dan susu, lalu aman, tak ada reaksi alergi. 5 hari kedua, beras dan susu boleh dipakai lagi dengan hati ayam misalnya. Kalau aman, maka 5 hari selanjutnya, menu boleh ditambah menjadi beras, susu, hati ayam dan brokoli. Demikian seterusnya. Sedangkan buah, dapat dijadikan selingan alias snack (bukan makanan utama yee) sejak awal tergantung selera makan bayi.

Lalu mengenai takaran makan 2-3 sendok makan, tentu tidak bisa dipukul rata kalau 14 hari pertama harus begitu. Di guideline WHO memang dikatakan kalau di awal makan, bisa saja 2-3 sendok makan lalu ditingkatkan sesuai selera makan bayi. Jadi kalau memang bayi maunya 8 sendok makan bagaimana? Harus dilarang? Ya bolehlah yaaa, karena porsi normal bayi 6-8 bulan adalah sekitar 1/2 gelas aqua atau sekitar 125 cc. Kalau diharuskan makannya hanya 2-3 sendok makan, lalu yang diberikan buah-buahan dan sayur saja, kira-kira bakal naik baik engga berat badan bayinya?

Saya jadi ingat salah satu ayat Al Quran, yang berbunyi :
"Jika datang kepadamu orang fasik dengan membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (tabayyun) agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan menyesal atas keadaannya itu."

Terkadang saat membaca berita di linimasa social media, kita langsung saja men-sharenya, misalnya dengan note "Share dulu ah, dibacanya nanti pas sempat". Jelas, belum dibaca, belum diperiksa apalagi diteliti. Padahal informasi yang kita share itu bisa jadi sangat cepat menyebar ke banyak orang. Belum tentu benar, belum tentu baik dan belum tentu dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Informasi yang terlihat sepele seperti ini, ternyata bisa lho menimbulkan kerugian buat yang lain. Entah ada berapa pasien saya mengikuti pedoman yang "katanya" WHO ini akhirnya datang karena weight faltering alias berat badan naik tidak seperti seharusnya atau super seret. Jika sudah sampai stunting, lalu siapa yang harus bertanggungjawab? Ini sama saja bukan sih dengan menimpakan musibah tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan menyesal atas keadaannya itu? Kalau soal stunting, menyesal kemudian tiadalah guna, karena stunting itu irreversibel (tidak dapat diperbaiki).

Well, pelajaran buat kita semua nih. Lebih berhati-hati dalam menyebarkan informasi, jangan terlalu percaya dengan "katanya" serta selalu check and recheck pada ahlinya (baca: dokter spesialis anak).

Wallahualam bi'shawab.

3 comments:

oelphfullz said...

Bener banget mbak,,, saya sampai bingung,, pertama kali anak saya mpasi disuruh inilah itulah,,, sampai saya cari sendiri guideline WHO,, "saya makin heran,, kok malah gak ada komen awal2 dikasih 1 menu...
hadeh,,,

semangat mbak meta,, buat postingan berikutnya...

Siti Rohmah Romdiani said...

Dok, panduang menu tunggal di 2minggu pertama itu kalau saya sih baca2 di grup fb HHBF itu ya katanya sih panduan dari WHO...jadi ternyata kurang tepat yaa

Meta Hanindita said...

@oelphullz: Hehe mungkin yang dimaksud WHO bukan World Health Organization mbak, tapi who are you?:p

@Siti: Bukan kurang tepat mbak, tapi salah

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...