Friday, June 30, 2017

Fenomena Kekinian

Baru-baru ini saya membaca satu postingan di social media yang sedang viral. Mungkin ada juga yang sudah membacanya? Tulisan tersebut menanggapi tren kekinian yang memang sering terjadi di jaman sekarang. Pasti pernah lihat dong antrian mengular saat ada outlet makanan atau minuman yang baru dibuka?

Sumber: Google

Atau saat outlet makanan terkenal seperti Br*** T*** dan J** sedang ada promo, antriannya gila-gilaan? Nah, rupanya di Jakarta sedang ada kehebohan kekinian saat ada merchant minuman baru asal Thailand yang baru pertama kali dibuka di Indonesia. Konon, antriannya bisa sampai 4 jam! Warbiyazak yaaa.

Sebetulnya kehebohan kekinian serupa tak hanya bisa ditemukan di Jakarta. Di Surabaya pun samaaaa. Saya ingat betul saat melihat antrian mengular di Galaxy Mall Surabaya saat tempat makan B** Ch** baru buka. Atau Yo**ino**. Sampai-sampai saya membatin seenak apa sih makanan di sana? FYI, namanya juga tren ya, pasti ada akhirnya juga. Sekarang sih untuk membeli makanan di sana tak pakai antri sama sekali. Bahkan outlet B** Ch** di sana sudah ditutup.


Kenapa saya jadi "mengurusi" hal seperti ini? Sebetulnya saya hanya ingin menanggapi tulisan tadi sih. Tulisan tersebut terasa menilai orang-orang yang rela antri hanya untuk gegayaan atau update di social media sehingga terlihat sangat kekinian. Bahkan mengomentari, daripada 4 jam dipakai untuk mengantri makanan atau minuman, coba digunakan untuk pekerjaan lain yang jauh lebih bermanfaat seperti bermain dengan anak.

Saya pribadi sih tidak tertarik dan tidak pernah tertarik untuk ikut mengantri lama demi makanan atau minuman. Jadi bukan karena saya "merasa" tersindir ya hehe. Tapi, saya tahu betul bahwa tidak semua orang-orang yang mengikuti tren makanan atau minuman tersebut hanya karena alasan ingin tampak kekinian atau keren saja.

Ada salah satu rekan saya yang menanti-nanti waktu promo donat J** atau Dun*** dan rela antri hingga 3 jam lamanya! Bukan karena ingin keren, tapi ia masih belum sanggup untuk membelinya dengan harga biasa dalam jumlah banyak. Maklumlah, rekan saya ini datang dari keluarga menengah ke bawah. Ia pernah bercerita kalau di satu saat berkesempatan mengajak orangtua, keponakan-keponakan serta adik-adiknya mengunjungi mall. Melihat donat cantik yang tampak enak,
semua keluarganya ingin mencoba. Tapi karena harganya yang tak bisa terbilang murah, pulanglah mereka dengan harapan "Nanti kalau mbak punya rejeki lebih, belikan kami ya".

Apakah itu berarti saat mengantri 3 jam, rekan saya "membuang-buang" waktu dan lebih memilih mengantri daripada mengerjakan pekerjaan rumahnya? Eh belum tentu lho! Siapa yang tahu kalau ia sudah menyisihkan waktu khusus untuk mengantri dan sudah selesai mengerjakan pekerjaan rumahnya termasuk bermain dengan anak? Memang siapa yang tahu sih? Ada pula yang mengomentari pasangan muda dengan bayinya saat mengantri rentan terkena virus. Apakah jika di mall tanpa mengantri tidak rentan terkena virus?:)) Bisa saja kan ibunya sedang hamil muda dan ngidam hingga rela antri lama?

Saya pernah lho melihat teman saya yang sedang hamil besar antri lama saat To** les J*** baru buka di Surabaya. Saya sendiri tidak ikut mengantri karena memang tak tertarik. Saat saya sapa, ia bercerita kalau semalaman ngidam ingin sekali makan roti yang berasal dari Korea Selatan ini. Buat ibu-ibu yang pernah merasakan bagaimana ngidam saat hamil tentunya mengerti yaaa hehe. Bukan karena ingin tampak kekinian yang pasti:D

Saya tidak menutup kemungkinan, pasti ada saja sih yang memang ingin mengikuti tren kekinian tadi agar nampak keren. Tapi belum tentu semua seperti itu kan? Lagipula, selama belinya menggunakan uang sendiri, mengantrinya pun menggunakan waktu sendiri, memang apa salahnya? (Oh ya FYI, senior saya pernah mencoba Go-Jek untuk mengantri panjang saat kue kekinian milik artis buka di Surabaya. Banyak driver yang enggan karena durasi mengantri panjang tersebut bisa digunakan untuk memperoleh orderan lain yang lebih banyak. Tapi ada driver yang mau dengan meminta tips 25.000. Kalau driver Go-Jek-nya saja sudah oke, yang mau beli oke, kenapa jadi orang lain yang ribut?:p)

Saya jadi ingat teman baik saya yang harus menjalani Long Distance Marriage dengan suaminya di Amerika (Hallo chik!:p). Entah berapa kali ia curhat ke saya karena dikomentari ini itu oleh orang lain. Yang paling sering adalah ia dibilang lebih memilih hidup berkecukupan karena suami bekerja di luar negeri daripada hidup berumahtangga yang nyaman, tak perlu takut ditinggal selingkuh atau suami digondol orang:)) Padahal hingga sekarang, sudah bertahun-tahun mereka hidup bahagia tuh walaupun dengan LDM.

Ada lagi teman saya yang lain, curhat karena kesal bukan main. Ceritanya ia mengajak anak-anaknya pergi ke mall dengan ART mereka. Di sana, ia bertemu dengan salah seorang teman yang dengan enaknya bilang "Duh kamu enak ya ada pengasuh jadi bisa belanja sendiri, yang ngurus anak ART aja.".Memang saat itu, kedua anaknya sedang asyik bermain di playground diawasi sang ART sementara ia sedang menikmati makan siang di foodcourt tak jauh dari situ. Padahal menurutnya, ia sudah berbulan-bulan harus mengerjakan pekerjaan rumahnya termasuk mengasuh kedua balitanya seorang diri karena tidak ada ART. Hari itu adalah hari pertama ia mendapat ART dan ingin santai sebentar sambil melihat bagaimana ART tersebut mengasuh anak-anaknya sementara.

Curhat lain pernah dilakukan oleh teman saya yang cukup beruntung bisa pergi ke 2 negara sekaligus mengikuti konser Coldplay. Dia sempat kesal karena mendengar ada yang komentar kalau ia buang-buang uang saja dan hanya ingin terlihat keren sampai ke Singapore dan Australia hanya untuk menonton konser. Padahal saudara-saudara, sayalah saksi hidupnya betapa Coldplay merupakan idola dan inspirasi teman saya ini selama berbelas-belas (atau berpuluh ya, Jo?:p) tahun. Ia sudah menabung sekian lama dan berniat jika suatu waktu kelak Coldplay mengadakan konser dekat Indonesia, harus berangkaaaat! Konsumerismekah ini? Iya banget kalau saya yang berangkat. Boro-boro nonton konser, tahu lagu-lagunya saja tidak:p Buang-buang uang banget kalau saya yang berangkat, mending juga saya pakai yang lain deh misalnya jalan-jalan ke London:p Tapiiii itu kan sayaaaa, beda lagi dengan teman saya yang cinta mati sama Coldplay ini. Serius lho, kalau naik mobilnya saya sampai bete karena yang diputar selalu hanya album Coldplay lengkap!

Ada satu hikmah yang bisa saya ambil dari sini. Yang paling mudah memang membandingkan orang lain dengan diri kita sendiri. Namun, perlu diingat bahwa mereka bukan kita. Kita pun bukan mereka. Kalau harga tas Balenciaga misalnya yang 16 juta itu terasa mahal sekali untuk kita, apakah adil jika kita mencap orang lain yang memiliki tas tersebut "buang-buang uang" dan konsumerisme? Mendingan dipakai umroh atau dipakai DP mobil. Atau kalau kebanyakan uang, yaa disedekahkan deh! Mungkin saja kan 16 juta itu buat dia sih layaknya receh untuk kita hehehe? Memang siapa yang tahu pemakai tas ini sudah punya berapa mobil, sudah pernah umroh berapa kali dan sudah bersedekah ke berapa banyak panti asuhan? Atau bisa saja ia menabung bertahun-tahun untuk membeli tas tersebut. Who knows?

Sama halnya dengan menilai teman yang bolak/i bepergian ke luar negeri dengan konsumerisme. Ah biar keliatan keren aja tuh bisa update Instagram atau Facebook dengan foto-foto di luar negeri. Buang-buang uang banget, itu namanya konsumerisme. Mendingan kan uangnya dipakai yang lain, nabung kek buat beli rumah atau modal usaha atau apalah. Adilkah kita jika kita menilainya buang-buang uang atau konsumerisme? Siapa yang tahu kalau bisa saja kan dia sudah bercita-cita ingin keliling dunia sejak kecil dan rajin menabung? Belum tentu juga kan ia belum punya rumah atau modal usaha? Kalau buat kita bepergian ke luar negeri terasa sangat mewah, apakah orang lain pun harus begitu?

Reminder untuk saya sendiri nih. Harap maklum, namanya emak-emak kadang refleks nyinyirnya lebih cepat eaaaa hahaha. Dont put yourself in other's shoes. Never judge someone without knowing the whole story. You may think you understand, but you dont;)

8 comments:

fika anaira said...

kadang aku juga gemes sih mba denger komentar yang kayak gitu :D cuma ya mau gimana lagi kadang orang sirik suka ngelihat jeleknya lalu jadi postingan social media.

Meta Hanindita said...

Ini pun reminder buat diriku sendiri kok mbak @fika anaira , emang berpikiran negatif itu lebih gampang hehe

Fanny f nila said...

Hufft.... Aku sendiri biasanya ga peduli sih kalo dikomentarin gitu :p. Banyak yg bilang aku terlalu cuek, dan sepertinya emg iya.. Jadi sebenernya kalo ada orang yg nyinyir ttg gaya hidup ato kesukaan yg srg aku lakuin, mereka kasian aja, ga bakal aku tanggepin hihihi :p. Sama seperti aku ga bakal ikut campur apalagi nge judge yg orang lain lakuin. Selama itu ga ngerugiin aku, ga pakai uangku, ga ngabisin wkt ku, kenapa kita hrs sibuk dgn urusan orang :).. Btw, aku termasuk yg rela aja ngantri kalo memang penasaran dengan suatu kuliner baru :D.

farida said...

setuju bgt sama opinimu :)

Anonymous said...

Banyak tujuan dari setiap antrian, jangan salah menduga bisa bisa kita salah menafsirkan. Bukan hanya karna tidak punya uang hingga rela mengantri tapi karena sesuatu yang membuat rela mengantri. Antrian panjang mengajarkan manusia untuk hidup tertib sesuai aturan, sabar untuk mendapatkan hasil dan saling kenal sehingga bisa buat bahan tulisan (peace mak)

Sandra Hamidah said...

Semua orang punya niat n alasan masing-masing ya Maks, yang penting beli sesuatu karena mampu dan gak pake hutang haha

Meta Hanindita said...

@Fanny : Betul mbak, woles aja yaa. Ada beberapa temen saya juga yang suka penasaran kalau ada makanan baru. Daripada ga bisa tidur karena penasaran, rela ngantri deh!

@Farida: Semoga ada hikmah buat kita semua yaaa

@anonymous: Betul mbak, inti tulisan saya adalah jangan terlalu mudah menanggapi sesuatu secara negatif. Coba lihat dari sisi lain:)

@Sandra: Yang paling akhir paling pentiiiing mak!:))

Lina AR said...

Aku termasuk yang males banget sama hal antri panjang kak hehehe
Bahkan waktu donat j*o promo abis2an aja orang rela dateng pagi untuk antri. Bukannya sombong sih, tapi ya aku lebih baik kerjain tugas rumah hehehe lagipula kalau ngikutin promo ga ada abisnya ya ;)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...