Sepanjang ingatan, saya selalu menyukai membaca
buku. Membaca membuat wawasan saya semakin luas, menambah pengetahuan dan
mengenal dunia lebih dalam. Saya ingin Naya juga kelak gemar membaca seperti
saya. Oleh karena itu, saya sudah merencanakan sejak jauh hari, untuk rutin
membacakan cerita untuk Naya setelah lahir.
Menurut saya, tidak pernah ada istilah terlampau
dini untuk membacakan cerita pada anak. Bayi sudah memulai ketertarikannya pada
warna terang dan gelap (putih dan hitam) serta beragam bentuk sejak usia 2
bulan. Dengan membacakan cerita,
sebenarnya secara tak disadari, kita sudah memberikan berbagai stimulasi untuk
tumbuh kembang anak. Stimulasi penglihatan kita berikan dengan menunjukkan
berbagai bentuk dan warna. Stimulasi pendengaran pun dapat diberikan karena
anak mendengar cerita kita. Saya membiasakan membaca cerita dengan intonasi
yang semenarik mungkin. Saat di cerita ada tokoh yang menangis, saya tirukan
bagaimana menangis itu.
Bukan hanya penglihatan dan pendengaran,
sensorik anak pun dapat kita stimulasi menggunakan kegiatan membaca. Saya minta
Naya menyentuh halaman buku, mengikuti bentuk dengan jarinya. Ada juga buku
yang sengaja saya beli khusus untuk menstimulasi sensorik Naya. Buku ini
terdiri atas berbagai bahan yang dipakai untuk menyerupai kenyataan. Contohnya,
halaman rumput di buku tersebut ditempeli oleh bahan dengan tekstur, warna dan
bentuk rumput. Lalu, jubah seorang putri ditempeli oleh kain beludru yang
sangat halus. Saya ingat, Naya sangat excited meraba-raba dan merasakan semua
bahan di buku tersebut saat masih bayi.
Saat membacakan cerita pada Naya, otomatis saya
juga mengajak Naya ngobrol. “Tuh lihat Naya, anjingnya menangis. Yang mana sih
anjingnya? Coba tunjuk!”. Ini pun adalah salah satu upaya saya menstimulasi
perkembangan bicara dan bahasa Naya.
Selain stimulus tumbuh kembang, saya membuat
waktu membaca sebagai bonding time antara saya dan Naya. Karena ini adalah
waktu khusus untuk kami, Naya selalu menantikan saat membaca bersama. Its our
time!
Yang harus diingat adalah jangan memaksakan bayi
untuk fokus saat dibacakan cerita. Terkadang, karena bosan, lapar atau
mengantuk, kegiatan ini tidak bisa saya lakukan. Pada prinsipnya, saya
mengikuti sejauh mana keinginan Naya.
Setelah Naya semakin besar, terkadang kegiatan
bercerita ini saya balik. Saya bercerita dahulu, kemudian saya minta Naya ganti
bercerita pada saya. Pernah juga saya
meminta Naya bercerita sesukanya tanpa buku. Eh, ternyata dia bisa mengarang
cerita lho!:))
Penelitian membuktikan bahwa membacakan cerita
alias mendongengi anak dapat meningkatkan level IQ mereka kelak. Saya juga
sering menyelipkan ajaran-ajaran khusus kepada Naya lewat cerita. Misalnya saja
mengajari Naya tidak sombong dengan cerita si kura-kura dan kelinci yang
angkuh, mengajari Naya selalu jujur dari cerita Pinokio sampai mendidik Naya
patuh pada orangtua dari cerita Malin Kundang.
Sampai saat ini, saya belum menemukan sisi
negatif dari membacakan cerita untuk
anak. Jadi, yuk mulai bacakan cerita!
2 comments:
ngaruh juga kali ya met..anak ngliat kebiasaan ortu baca.. pernah beliin shaw buku cm 2 dl. buku dr gabus isinya cm crita ttg tiger. satu lgi buku papan keras isi ttg binatang. ampe umur setaun yg aq bacain cm buku itu aja..cm nyebut nama hewan ama suaranya aja.. aq lupa tepatnya kpn..14bln kayaknya.iseng aq ngomong..suara sapi... shaw bs jawab moooo... aq heran..kok tau..kebetulan kali ya... aq tanya lgi suara domba... dia jawab baa..baa.. trus aq ambil bukunya aq betek in dia bs hapal 10 suara hewan.. mewek aq.. ternyata aq bacain bayi tu bs nangkep.. trus dpt kado buku2 dr kiki sbo.. hewan2..aq bacain satu satu bukunya..dia bisa nangkep gmn gerak2 hewan n suaranya.. huhuhuhu... ternyata bayi tu ga sepolos yg aq pikirin...
Lho mbk met..itu sejak bayi umur berapa bulan??
Pengen deh bacain dongeng buat chelsea :)
Post a Comment