Saya
ingat betul, setiap melarang Naya melakukan sesuatu, Naya justru malah tambah
semangat melakukan apa yang saya larang. Benar-benar menguji kesabaran menguras
emosi deh:p
Anyway,
hal ini ternyata normal sekali lho! Negativisme yang sering ditemui pada anak
usia toddler adalah kecenderungan untuk menolak perintah, larangan atau nasehat
orang lain dengan cara melakukan kebalikannya. Negativisme ini penting sebagai
salah satu masa perkembangan anak, terutama dalam hal kemandirian. Di masa ini,
toddler ingin memperlihatkan bahwa mereka bisa melakukan sesuatu, tanpa campur
tangan orangtuanya.
Selain
itu, berulang kali mengucapkan kata jangan pada anak akan mengurangi nilainya.
Karena terlalu sering mendengar kata jangan, anak jadi tidak bereaksi saat kita
larang melakukan sesuatu.
Karena
itulah, saya selalu berusaha untuk tidak mengatakan jangan pada Naya. Bukan
berarti saya tidak punya larangan lho, hanya saja saya mengungkapkan larangan
atau aturan saya bukan dengan kalimat yang menggunakan kata jangan.
Misalnya,
saat Naya tidak mau tidur dan malah lompat-lompat di atas tempat tidur, daripada
mengatakan “Kakak, jangan lompat-lompat di tempat tidur!”, saya memilih
mengucapkan “Kak, tempat tidur kan gunanya buat tidur ya. Kira-kira benar engga
kalau dipakai lompat-lompat?”. Sewaktu Naya menangis meminta es krim yang
kesekian kalinya, daripada bilang “Jangan makan es krim banyak-banyak ah!”,
saya memilih mengatakan “Kakak sudah makan cukup es krim kan tadi. Sekarang
boleh pilih deh yang lainnya, puding atau buah?”
Demikian
pula ketika Naya justru sibuk memainkan mie goreng dan bukannya memakan mie
tadi, daripada mengatakan “Kak, jangan dimainkan mienya. Ayo dimakan!”, saya
lebih memilih “Kakak, kalau dimainkan terus nanti makannya engga
selesai-selesai. Kalau makannya engga selesai, kakak engga bisa ikut mama pergi
lho nanti.”
Ajaib
lho, dengan menerapkan “aturan” seperti ini, Naya bisa jadi lebih menurut dan
tidak menguji kesabaran saya lagi hehe.
Menurut
saya, pada intinya untuk menghadapi negativisme pada anak ini, berikan anak
keputusan untuk menilai sendiri apakah perbuatan yang akan atau sedang
dilakukannya. Jangan lupa untuk memberikan pujian ketika anak berhasil
mengikuti aturan yang ditetapkan.
Yang
terakhir, setiap dilanda emosi jiwa, ingatlah bahwa periode ini sangat penting
untuk perkembangan kepribadian anak. Tarik napas panjang, sabar dan senyum:)
No comments:
Post a Comment