Monday, March 24, 2014

Tiga Tahun Lalu

22 Maret 2011
Saya sedih luar biasa. Mama yang selama ini menemani saya di rumah sepanjang kehamilan bilang harus pulang sebentar. "Nanti mama dateng lagi bulan depan ya waktu kamu mau melahirkan." Begitu hibur mama. Entah karena hormon kehamilan atau memang dasarnya cengeng, saya menangis. Enggan ditinggal mama. Saya sudah beberapa minggu tidak bisa melihat, hanya bayangan yang bisa tertangkap. Muntah-muntah yang kata orang akan membaik di trimester kedua kehamilan justru bertambah parah. Saya juga sulit tidur. Begini salah, begitu salah. Rasanya kepanasan terus, dan bolak/i ke kamar mandi untuk muntah atau pipis. Suami sedang bertugas di stase yang luar biasa sibuk, kami hampir tidak pernah bertemu karena dia pergi subuh datang malam hari. Saya kesepian, bosan dan takut. Takut kalau ada apa-apa dan tidak ada orang di rumah. Lebih tepatnya, tidak ada mama.

Saya ingat beberapa minggu yang lalu kesulitan bernapas karena sesak. Saya ingat juga harus bolak/balik ke rumah sakit karena perdarahan. Berulang kali pula saya pingsan di awal kehamilan. Syukurlah memasuki minggu ke-30, sesak yang saya rasakan membaik. Echocardiography untuk memeriksa fungsi jantung pun sudah dinyatakan bagus. Tapi berdasar hasil USG 4D terakhir, air ketuban saya dikatakan menipis, sehingga kalau tidak bertambah setelah minum banyak, harus dioperasi.

Saya berdoa tak henti-hentinya agar tidak harus melahirkan prematur. Saya sering melihat bayi-bayi prematur di rumah sakit tempat saya bekerja. Begitu rentan, begitu rapuh. Semoga bayi yang kelak saya lahirkan engga prematur. Amin. Begitu doa saya selalu.

Kami baru saja pindah rumah. Barang-barang masih berantakan bertebaran disana-sini. Berpuluh dus bahkan belum dibuka, masih teronggok di sudut-sudut rumah. Satu-satunya orang yang menemani saya adalah mbak Sum, ART 15 tahun yang baru bekerja pertama kalinya. Dan satu-satunya hiburan saya adalah smartphone yang saya pegang dengan jarak kurang dari 10 cm agar terlihat.

Malam itu, saya sibuk BBM-an dengan Wida, teman saya yang sama-sama sedang hamil nun jauh di Australia sana. Kami sama-sama engga bisa tidur. Saya ingat kami BBM-an sampai jam 4 pagi waktu itu. Saya ingin sekali makan sambal bu Rudy, ketularan dia:))) Kemudian suami mengingatkan saya harus kontrol jam 9 pagi sehingga harus segera tidur.

23 Maret 2011
Saya bangun dengan malas. Sejujurnya saya malas sekali datang kontrol ke Sp.OG. Perasaan rikuh, deg-degan, malas semua campur jadi satu. Tapi suami saya mengiming-imingi sambal bu Rudy setelah kontrol. Jadilah semangat juga. #mureeeeh:))))

Pagi itu saya sudah agak khawatir. Bayi di kandungan saya yang biasanya jumpalitan engga karuan tetiba diam saja. Tidak terasa bergerak. Tapi waktu itu saya pikir karena saya kurang tidur, mungkin saja sekarang si bayi lagi tidur tenang.

Sesampai di poli untuk USG 4D, terlihat air ketuban saya habis. Tes NST yang dilakukan menunjukkan gerak bayi mulai menurun hingga saya harus segera dioperasi. Hari itu juga. Saking bingungnya, saya speechless. Engga tau harus ngapain, saya malah ketawa-ketawa dengan suami yang sama paniknya. Kami belum booking kamar di RS, belum ada babysitter, belum siap sama sekali. Saya langsung menelpon mama yang engga kalah paniknya. Beliau baru saja tiba tapi harus segera kembali ke Surabaya.

Setelah opname, saya bersiap-siap untuk operasi. Saya takut. Seumur-umur, saya belum pernah dioperasi atau opname. Lebih takut lagi saat tim dokter anestesi yang pre-op menunda operasi saya keesokan paginya karena harus melakukan pemeriksaan lebih mendalam lagi terhadap jantung saya. Saya super khawatir dengan bayi yang saya kandung. Apakah dia baik-baik saja? Kenapa tidak bergerak?

Saya ingat semalaman penuh menangis. Suami yang -akhirnya ya:p- menemani menenangkan saya tapi saya tahu kalau dia pun sama khawatirnya dengan saya. Pada akhirnya, saya hanya bisa berpasrah pada Yang Di Atas.

24 Maret 2011
Pagi-pagi, setelah solat Subuh, saya dipersiapkan untuk operasi. Memasuki kamar operasi yang sungguh familiar tambah membuat saya panik. Saya intip monitor di sebelah yang menunjukkan tensi saya lebih dari 160mmHg/120mmHg. Saya lihat kesiapan inkubator dan oksigen untuk bayi. Semua sudah oke. Tepat jam 8 pagi, operasi dimulai. Saya deg-degan minta ampun. Terutama ketika suami yang ikut mengoperasi menjelaskan apa-apa yang dia lakukan (saya yang minta). "Buka fascianya dulu ya." "Ini sudah kelihatan bayinya, sungsang." bla bla bla. Sampai ke "Bayinya sudah keluar, terlilit tali pusar 3x. Ketubanmu memang habis.". Jantung saya langsung mencelos. Saya perhatikan jam di dinding, menghitung detik demi detik. Kenapa bayi saya lama sekali engga menangis? Saya lihat bayi saya dibawa ke inkubator, biru. Alhamdulillah, tak seberapa lama setelahnya, terdengar juga tangisannya. Begitu keras, dan merdu di telinga saya:p

Dokter anestesi menawarkan untuk menidurkan saya tapi saya tidak mau karena ingin segera menyusui bayi saya. Sebetulnya, ada beberapa alternatif nama untuk bayi ini. Yang pertama Alaina, Marchie, atau Nayara. Saya masih belum bisa memutuskan memillih yang mana. Saya minta suami untuk segera ke NICU mengadzani bayi kami dan memintanya memotret. Begitu melihat foto perdananya yang usil, saya lagsung memutuskan sepertinya nama Nayara yang paling cocok untuknya:D

Drama ini masih belum usai karena dilanjutkan dengan drama selanjutnya berjudul menyusui serta hiperbilirubin yang sukses membuat saya Baby Blues Syndrome:))) Alhamdulillah semua drama, sinetron, FTV apalah itu usai juga:)))

24 Maret 2014
Selamat ulang tahun ke-3 Arshiya Nayara Avanisha Nugroho, pemicu detak jantung, penebar semangat, pembuat kebahagiaan kami. Semoga selalu sehat, jadi anak solehah, kebanggaan kami, pintar, ceria dan mau main biarpun jarang -eaaaa hidden agenda;p- dan kelak tercapai cita-citanya jadi plopesol sepesialis anak:)))
Anak unyil yang semalem ga mau bobo karena too excited mau happy birthday, bangun tidur langsung loncat pake topi minta tiup lilin, biarpun masih piyamaan, bau iler dan belum mandi:))

We love you!:*


3 comments:

Nunu said...

Selamat ulang tahun naya... Bangga ya dhe punya emak dokter yang mengandung pas melahirkan bapak yang nolong... Kiss nayaaaa semoga kamu bisa jadi anak baik yang membanggakan emak dan bapaknya

Joe Ismail said...

selamat ulang tahun semoga sehat dan pintar selalu

Dewi Ayu Saraswati Ishaq said...

Happy b day Naya sayang lewat blog aja kenalnya mengingat saya di remove

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...