Sunday, December 15, 2013

Kok Sempat Sih?

Kalau kelak suatu hari nanti saya membuat buku biografi –eciyeee, emang siapa yang mau baca:)))))-, dan ada sub bab FAQ alias Frequently Asked Questions  dimana isinya adalah pertanyaan-pertanyaan yang sering saya dapatkan, pasti pertanyaan ini ada di nomor satu list tersebut.

“Kok sempat sih?” memang adalah salah satu pertanyaan yang seriiiiing sekali saya terima. Penanyanya pun datang dari berbagai kalangan. Saudara, teman kerja, sampai follower twitter atau blog saya.

“Kok masih sempat sih menulis buku? Bukannya PPDS anak itu sibuk banget ya?”
“Kok sempat sih siaran? Kapan tidurnya?”
“Kok masih bisa syuting sih? Emang engga sibuk di rumah sakit?”
“Kok sempat sih ngeblog? Yang lain engga keteteran?”
dsb..dsb…

Saya sih biasanya nyengir aja kalau ditanya gitu:p

Sejak kecil, saya dididik oleh orangtua untuk sangat menghargai waktu. Eh betul lho, papa saya engga menolerir keterlambatan sesingkat apapun. Saya masih ingat sewaktu SMP dulu suka kebat-kebit setiap pulang sekolah. Jam pulang sekolah saya waktu itu jam 14.00, lalu jarak perjalanan sekolah ke rumah dengan angkot kurang lebih setengah jam. Jadilah setiap jam 14.30, papa sudah gaduh gelisah menunggu saya. Kalau saya belum pulang, terlambat 5 meniiiit saja –secara angkot kan suka ngetem ya-, papa saya bisa marah sekali. Menurut beliau, waktu itu engga bisa diulang kembali dan harus di-manage seoptimal mungkin. If you cant manage your time, you wont be able to manage anything in your life. Begitu kata papa. Angkot satu ngetem, ya cari angkot yang lainnya. Jangan mencari pembenaran untuk tidak on-time.

Dulu sih saya suka mangkel. Lebay amat sih papa ini, memangnya terlambat 5 menit sampai ke rumah kenapa? Apa yang bakal berubah? Kan engga ada, mustinya ya engga masalahlah.

Mama saya juga sami mawon. Beliau selalu mempersiapkan segala macamnya detail dan teratur agar bisa selalu tepat waktu. Dulu, saya juga menganggapnya super lebay. Gimana engga lebay, bayangkan saja, misalnya kami mau bepergian dengan pesawat yang berangkat jam 10 pagi, mama pasti sudah teriak-teriak menyuruh kami siap berangkat jam….5 pagi-_-“. Padahal jarak rumah dengan bandara hanya setengah jam! Lebay atau apa ya itu namanya? Kalau alasan mama saya sih, takut nanti macet, takut nanti mobil tetiba mogok, atau halangan lain. Supaya bisa tetap on-time, antisipasinya ya dengan pergi sepagi mungkin begitu siap. Make sense sih. Tapi……errrrr…

Walaupun sering merasa mangkel gegara kelebayan papa-mama saya, ternyata saya baru menyadari betapa besar manfaat ajaran mereka ini. Karena papa dan mama, saya juga berusaha selalu on-time. Selama hampir 12 tahun siaran, hanya sekali saya pernah terlambat datang ke studio. Alasannya karena banjir parah di jalan menuju kesana. Sebenarnya waktu itu, rekan saya sudah menelpon mengabari kalau jalanan banjir parah dan saya lebih baik tidak perlu datang daripada terhalang macet. Hanya saja, saya merasa tidak enak meninggalkan tanggungjawab, sehingga tetap berangkat dua jam sebelumnya dengan harapan bisa datang tepat waktu. Hasilnya? Tetap terlambat, walau hanya 10 menitJ Saya tidak pernah terlambat datang kuliah ataupun bertugas di rumah sakit.

Soal tugas pun begitu. Saya paling engga bisa mengerjakan tugas secara last minutes. Banyak teman saya yang baru bisa mengerjakan tugas saat kepepet. Katanya the power of kepepet itu mengeluarkan berbagai ide dan inspirasi. Kalau saya? Boro-boro. Yang ada saya malah bakal panik berat, dan akhirnya justru blank:p Jadilah, tugas akan segera saya selesaikan, bahkan saat deadline masih jauuuuuh:D Lebay? Terserah deh,yang penting saya tenang, merasa engga punya hutang:)

Setiap janjian dengan siapa pun, saya selalu berusaha menepati waktu. Macet? Ya datanglah beberapa jam sebelumnya. Bahkan pernah ban mobil saya kempes saat mau siaran, saya tinggalkan sebentar di pinggir jalan, menitipkan ke pak polisi dekat situ, lalu pergi siaran dengan angkot. Engga heran, terkadang saya malah justru sudah datang jauh sebelum waktu janjian.

Makanya saya suka sebal dengan mereka yang meremehkan waktu. Gemas rasanya! Bukan apa-apa, jadwal yang saya buat dengan detail bisa berubah drastis gegara dingaretin orang lain. Biasanya sih, saya tinggal saja orang-orang model begini:p Alhamdulillah, suami saya ternyata setali tiga uang. Jadilah kami mendidik Naya supaya juga menghargai waktu seperti kami.

Menurut saya, menghargai waktu adalah salah satu kunci manajemen waktu yang baik. Setiap manusia di dunia ini sama-sama memiliki waktu 24 jam dalam sehari yang bisa digunakan. Mau digunakan seperti apa, ya terserah orangnya. Saya memilih untuk mengoptimalkan waktu ini dengan baik agar tidak menyesal kelak. Everyday might be just another day, but it’s a day you’ll never have again. So make every moment matter;)

Oh ya, menjawab pertanyaan tadi, kuncinya simple sekali. Pertama, biasakan menghargai waktu dengan selalu on-time. Every second counts. Setelah terbiasa on-time, saya juga membuat skala prioritas. Kalau untuk saya sekarang prioritas nomor satu adalah keluarga, rumah sakit, baru pekerjaan. Seandainya ada dua pekerjaan pada waktu yang sama, ya tinggal lihat lagi skala prioritasnya. Selain itu, saya terbiasa sekali membuat jadwal setiap hari. Hari ini jam sekian sampai jam sekian waktunya ini, kemudian dari jam sekian sampai jam sekian waktunya itu. Semua saya lakukan dengan penuh disiplin.

Saya juga memaksimalkan waktu saya sebisa mungkin. Misalnya, saya memilih siaran di jam 4 pagi. Alasannya, karena pada jam segitu, Naya dan suami masih tidur, pekerjaan di rumah sakit juga belum dimulai. Tidak ada yang akan merasa terganggu kalau saya siaran jam segitu. Konsekuensinya? Saya harus bangun pagi-pagi sekali, lalu berangkat ke studio jam 3 pagi. Tapi karena saya memang suka, ya engga masalah.

Saya mempunyai “aturan” untuk tidak mengerjakan urusan pekerjaan pada saat ada Naya. Karena itulah waktu saya dengan Naya sepuasnya. Begitu Naya tidur, baru deh saya bisa buka laptop mengerjakan tugas atau menulis. Terkadang saya baru bisa menulis untuk nge-blog jam 12 malam. Ngantuk? Iya sih pasti, tapi karena saya memang suka, ya engga masalah.

Saya juga sudah sangat mengurangi jadwal syuting karena kesibukan. Tapi di sela-sela kesibukan, ada rasa kangen, saya meminta jadwal syuting sambil membawa Naya. Ribet? Kadang iya, tapi karena saya memang suka, ya engga masalah.

Jadi jawaban pertanyaan “Kok sempat sih?” adalah:

Pasti sempat kalau bisa. Pasti bisa kalau mau. Pasti mau kalau suka;)

If you can not do what you love, then try to love everything you do. When you love everything you do, yo will do it with all of your heart:)

Namanya juga manusia, kadang malas sering banget berkunjung:p Buat saya, “obat” yang paling mujarab adalah quote ini nih:

“Don’t say you don’t have enough time. You have exactly the same number of hours per day that were given to Hellen Keller, Pasteur, Michaelangelo, Mother Teresa, Leonardo da Vinci and Albert Einstein.” –Jackson Brown-

Begitu jleb, langsung sadar malas engga ada gunanya:D

Ordinary people think merely of spending time. Great people think of using it:)


7 comments:

meta agustya puteri said...

time management yg jadi momok saya sejak setahun terakhir mbak :( pertanyaannya cuman satu : gimana caranya dari kesibukan yang sebareg itu tetap berjalan lancar, dan waktu tidur yg sangat minim, tapi badan tetap sehat. jujur, saya pribadi saja kalau jam tidur kurang dari 8 jam, ampun rasanya tulang-tulang ini :D hahahhaha.. share tipsnya donk mbak :)

Meta Hanindita said...

Eh namanya sama:)) Saya juga dibanding dulu, butuh tidur enak lebih banyak sekarang mbak, mungkin faktor U yak:))) tapi g masalah, tidur kan memang penting utk kesehatan, ga usah diutak-utik. Mending utak-utik waktu lain yang ga penting misalnya nonton tv dikurangi. Saya ngurangi TV malah bisa produktif bgt;)

Fitrina said...

Mba Meta, menohok banget tulisannya... hiks. Masalah terbesarku itu ya TIME MANAGEMENT, kata-kata "tar dulu ah", "masih capek ah", "masih lama ini ah", haduhhh.... gimana ya caranya biar konsisten dg time managemant yang udah disusun rapih? (karena biasanya cuma bertahan 1 minggu doang *malu)

meta agustya puteri said...

iya. namanya sama :D udah kok mbak. ih malah waktu buat diri sendiri tuh hampir gak ada kecuali solat, makan dan mandi. hahahah :D kesian bgt yah saya ini T_T
selama ini yg saya baca dr tulisan mbak di blog ini, mbak juga gak hobi sama yg namanya makan. lah dapet energinya dari mana? suplemen kah?

Meta Hanindita said...

Hehe emang harus disiplin mbak. Awalnya pasti susah tapi lama-lama kebiasa juga kok. Cari motivasi yang banyak, minimalisir 'gangguan', pastiiii bisa;)

Meta Hanindita said...

Emang makan bukan hobi,tapi kebutuhan:p makan ya pastilah, saya ga pake suplemen kok:) coba direview dlm 24 jam ngapain aja, masih sering ngelamun ga jelas ga? Atau kebanyakan ntn infotainment:p, atau apa? Direview dulu semua, diliat penting engganya;)

meta agustya puteri said...

weks? ngelamun? nonton infotainment? gak mungkin sempaaat :D hahahhaha
T_T

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...