Sunday, November 5, 2017

Bisnis Buku

Linimasa di media sosial kini seringkali menampilkan berita "mati"nya usaha yang sudah berdiri berpuluh-puluh tahun, entah karena memang daya beli masyarakat menurun, atau era digitalisasi. Sebut saja Matahari, departement store yang namanya sudah begitu melekat di masyarakat Indonesia. Sewaktu kecil dulu, saya ingat selalu membeli pakaian, sepatu hingga tas sekolah baru di pusat perbelanjaan ini. Bahkan sampai sekarang, saya masih sering mengunjungi Matahari untuk membeli berbagai kebutuhan. Ditutupnya beberapa cabang Matahari (dan bisa jadi, cabang lain akan menyusul) sempat membuat saya terkejut. Masa sih?

Tak hanya Matahari, Ramayana, Lotus di Jakarta hingga bisnis ritel macam Debenhams pun perlahan mengikuti jejak menutup satu persatu outletnya. Demikian pula dengan bisnis supermarket seperti Hypermart.

Sebetulnya, saya tidak terkena imbas dari penutupan beberapa bisnis ini secara langsung. Toh sejujurnya, saat ini saya lebih sering berbelanja online. (Mungkin saya juga nih salah satu penyebab bisnis offline jatuh:p). Entah lewat Tokopedia, Shopee atau Instagram. Engga ngefek-ngefek amat sih:D


Tapi, ada satu hal serupa yang membuat saya sedikit terpengaruh. Apalagi kalau bukan bisnis buku? Pernah mendengar keputusan yang dibuat oleh Tere Liye?  Penulis buku yang terkenal produktif ini memutuskan untuk berhenti menulis buku karena ketidakadilan pajak. Beritanya bisa digoogling, atau dibaca di sini. 

Saya pun mendengar cerita dari teman-teman penerbit kalau bisnis buku memang mulai susah. Banyak toko buku besar yang terpaksa menutup cabang di beberapa tempat. Pengurangan karyawab juga seringkali terjadi. Intinya, ekonomi sedang susah!

Kita harus mengakui bahwa memang minat dan budaya baca di Indonesia masih sangat rendah. Dulu, sebelum era digitalisasi dimulai, minat baca sudah rendah. Apalagi di era ini, banyak orang yang merasa sudah cukup membaca dari status Facebook, link website, atau sosial media saja. Tahu tidak Indonesia menempati posisi ke 60 dari 61 negara di dunia dalam minat baca. Sedih ya:'(

Tahun ini, sebetulnya buku terbaru Mommyclopedia: Panduan Lengkap Merawat Bayi 1-3 Tahun (Batita) direncanakan terbit setelah lebaran. Tapi, namanya juga manusia ya, bisa berencana tapi Tuhan juga yang menentukan, karena satu dan lain hal, mundurlah penerbitannya hingga ke akhir tahun. Semoga tidak mundur lagi yaa.

Niat saya menulis buku murni agar dapat memberikan informasi di bidang kesehatan untuk para orangtua. Banyak sih buku serupa, tapi banyak yang tidak sesuai dengan rekomendasi IDAI. Sebagai contoh, saya sempat mendatangi salah satu toko buku dan membeli banyak buku mengenai MPASI di pasaran. Saya bahkan bertanya pada mas penjaga toko, mana buku MPASI yang best seller. Ternyata setelah saya baca satu per satu, ya itu tadi, banyak yang tidak sesuai dengan rekomendasi MPASI IDAI.

Ada buku yang menganjurkan pemberian daging saat bayi menginjak 7 bulan, telur di 9 bulan dll. Padahal best seller lho! Ada juga yang menganjurkan pemberian buah-buahan saja saat bayi memulai masa MPASI. Wah, pantas kalau angka stunting di Indonesia tetap tinggi.

InsyaAllah, setelah buku Mommyclopedia seri ke-2 terbit, buku yang ke-3 akan segera menyusul, mengenai Nutrisi pada anak. Karena alasan ekonomi, konsep yang diusung di buku ke-3 akan sedikit berbeda. Tidak terlalu full color dan ilustrasi seperti sebelumnya. Walaupu tetap dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Harapannya, harga bisa lebih ditekan sehingga lebih banyak yang bisa membeli. Inginnya sih, buku ini dapat dibaca oleh berbagai kalangan, karena saya tahu, parents jaman now mempunyai banyak pos pengeluaran untuk anak. Mulai dari pengeluaran sehari-hari, menabung biaya sekolah, les, dll dll.

Doakan semua lancar-lancar ya! Oh ya, jangan lupa untuk follow IG saya dan @mommyclopedia supaya jadi yang pertama tahu mengenai giveaway dan launching buku Mommyclopedia!

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...