Salah satu karakter Naya yang sering membuat saya kehilangan kesabaran adalah sangat taat aturan. Lho, kok? Bukannya enak ya?
Memang ada senangnya sih. Cukup memberi tahu Naya alasan kenapa ada aturan tersebut, selama logis pasti Naya akan selalu berupaya mematuhinya. Tapiiii, anak gadis saya ini sangat kaku. Aturannya seperti itu ya harus begitu, titik.
Di seberang rumah saya persis ada supermarket yang lumayan besar. Karena lokasi yang sangat berdekatan, tempat ini selalu menjadi tujuan saya setiap ada yang perlu dibeli. Tinggal menyeberang, sampai deh! Naya selalu meminta ikut setiap saya ke sana, namun yang membuat saya pusing, setiap kalinya pun Naya histeris, Apa pasal? Karena tidak ada zebra cross di tempat menyeberang tersebut.
"Mamaaaa, ini kan bukan tempat menyebrang yang betul. Mama salah, mama nakal! Kalau nanti ada mobil yang nabrak, semua karena salah kita! Huaaaaaa" -_-"
Akhirnya? Karena malas menghadapi drama sandiwara, saya rela berjalan menjauhi supermarket demi menyeberang di zebra cross. Tentu saja menghabiskan waktu dan energi.
Contoh lain, Naya bisa menangis histeris saat berada di mobil dan pengemudinya justru meningkatkan kecepatan waktu melihat traffic light berwarna kuning.
"Mama, yellow light means you have to be careful. Not to drive faster. Its dangerous. Kalau di perempatan, ada 2 lampu kuning, terus semuanya sama-sama cepetin mobil, apa engga tabrakan nanti? Yang salah siapa? Kan udah jelas, anak TK aja tau, kuning artinya hati-hati!"
-__-"
Atau kalau di mobil, saya tidak boleh sama sekali memegang handphone oleh Naya. Sebagai dokter, terkadang ada telepon emergency yang berkaitan dengan hidup mati seseorang yang harus saya terima. Saya sudah menjelaskan ini pula pada Naya, namun jawabnya:
"It can wait mama. It has to wait! Atau mama berhenti sebentar di pinggir. Mama jawab telepon buat hidup orang itu, tapi ngebahayain hidup lebih banyak orang lagi yang ada di jalan."
Setelah saya pikir-pikir, ya betul juga sih. Hanya saja, di negara kita tercinta ini sepertinya memang tidak bisa terlalu idealis karena lingkungan yang jelas tak mendukung. Jangan kaget, Naya sering stress sendiri melihat pesepeda motor tak memakai helm (bisa nangis sendiri memikirkan kenapa orang itu berani tanpa helm, bagaimana kalau jatuh kena kepala, bagaimana kalau karena ia jatuh lalu pengguna jalan lain yang sudah mematuhi aturan jadi ikut celaka, dsb dsb. Padahal ia tak kenal sama sekali lho dengan orang yang dimaksud), pejalan kaki yang tak menyebrang di zebra cross, sampai pesepeda motor yang melanggar lampu merah.
Bukan hanya soal aturan lalu lintas, Naya juga sangat concern terhadap aturan lain. Datang ke sekolah tepat waktu, mengerjakan PR, berseragam rapi, makan tanpa bersuara dan lain sebagainya. Entah sudah berapa kali ia memelototi orang yang tak mengantri dengan benar, menegur orang yang membuang sampah sembarangan, sampai "mengingatkan" bapak-bapak yang merokok di taman kota:))) (Kalau yang ini sih saya dukung. Go Naya go!)
Sepertinya, sekarang yang menjadi tugas saya adalah menjelaskan ke Naya bahwa dunia ini memang tak bisa se-ideal teorinya. Kasihan juga melihat Naya sering stress memikirkan kenapa ada banyak manusia yang sering tidak mengikuti aturan. Namun, untuk menjelaskan ini ke anak 5 tahun, saya masih kesusahan. Bagaimana ngomongnya ya?-_-"
No comments:
Post a Comment