Friday, March 8, 2013

Kanker dan Bersyukur

Bisa juga dibaca disini:)

*Tulisan ini dibuat untuk memperingati hari kanker sedunia yang jatuh pada bulan ini*


Saya selalu mempunyai tempat khusus di hati untuk anak penderita kanker. Iya, sakit kanker alias keganasan yang itu. Jangan salah, kasusnya pada anak engga langka-langka amat lho! Di Indonesia, kanker pada anak merupakan 4,9 persen dari kasus kanker pada semua usia.  Sedangkan secara global setiap tahunnya kira-kira ada 250.000 anak yang terdiagnosis kanker. Engga sedikit kan?

Di rumah sakit tempat saya bekerja, pasien anak dengan kanker kebanyakan mempunyai prognosis yang buruk. Mungkin persentase yang bisa bertahan hidup sampai 5 tahun setelahnya sangat kecil. Ada yang harus mendapatkan transfusi darah 2 minggu sekali atau bahkan kurang. Ada yang harus diperiksa darahnya setiap hari dan ada yang datang untuk mendapatkan kemoterapi dengan segala efek sampingnya seperti mual, muntah atau gundul karena rambut rontok.

Anak-anak ini tidak bisa bersekolah seperti seharusnya, bermain pun terbatas di ruangan rumah sakit dengan sesama pasien.  Keceriaan khas anak-anak mereka ikut digerogoti oleh sang kanker. Saat teman-teman seusia mereka sibuk bersenda gurau, bermain bergembira, anak-anak ini harus merasakan sakit,  sesak, lemah atau malah perdarahan. Ketika teman-teman lain bisa bercengkerama dengan keluarga di rumah, mereka harus dirawat di rumah sakit dalam waktu yang cukup lama.

Saya ingat betul salah satu alasan kenapa saya ingin menjadi dokter anak. Saat masih ko-ass dulu, saya pernah ikut merawat anak dengan kanker. Putri, anggap saja begitu namanya. Usianya baru 7 tahun, tapi buat saya mempunyai pembawaan yang sudah sangat dewasa. Putri selalu ceria, tidak pernah putus asa, tidak pernah mengeluh dan siap menghibur teman-temannya di bangsal.

Jika ada temannya yang menangis tidak mau diambil darah, Putri akan membujuk dan menenangkannya. Jika ada yang kesakitan saat dikemoterapi, Putri akan seharian mencoba menghiburnya. Bahkan saat dia sendiri yang kesakitan, Putri hanya akan tersenyum menahan sakit sambil ngomong ke diri sendiri “Engga apa-apa sakit sedikit, supaya sembuh.”

Keceriaan Putri pada akhirnya menular ke teman-teman yang lain. Saya sangat tersentuh dan terharu. Saya merasa bisa banyak belajar dari mereka. Bayangkan, saat saya mengeluhkan panasnya cuaca, engga bisa menemukan baju yang tepat di mall, sinyal handphone yang lelet,  engga bisa tidur siang, dsb dsb, ada lho anak-anak yang harus kesakitan tiap saat, kehilangan masa anak-anaknya namun malah tidak mengeluh sama sekali. Padahal kalau mau dibandingkan, menurut saya merekalah yang “lebih layak” mengeluh.

Sampai suatu ketika, setelah sekian lama menjalani pengobatan dan berulang kali menyaksikan teman-temannya sebangsal meninggal satu demi satu, semangatnya untuk sembuh terpatahkan juga. Saat akan diberikan obat kemoterapi, Putri menolak.  “Boleh engga sih aku mati aja? Engga usah sakit, engga usah dikemo segala, engga pakai mual muntah. Sekalian biar bisa ketemu sama Bila, Bunga, Asti dan Bimo?” –Nama yang disebut bukan nama sebenarnya, adalah sesama pasien kanker yang dirawat satu ruangan dengannya dan sudah meninggal terlebih dahulu.-

Saya yang mendengarnya langsung merasa tertampar.  Seingat saya, waktu berusia 7 tahun, saya engga pernah berpikir lebih berat daripada “Main apa ya enaknya hari ini.”  Sungguh, saya si ratu complain ini seperti diingatkan untuk selalu bersyukur pada Allah atas semua karunia-Nya.

Setiap menit yang kita lewati dengan kesehatan, setiap detik yang kita jalani dengan rasa aman, setiap saat bersama dengan keluarga adalah hal-hal sederhana, berharga dan penting namun sering terlupakan untuk disyukuri.

Sebagai seorang ibu, saya ingin sekali mengajarkan Naya untuk selalu bersyukur atas apapun. Saat ini sih sepertinya Naya masih belum mengerti benar. Tapi, saya sudah mulai membiasakan Naya untuk “berterimakasih” pada Allah dengan mengucapkan Alhamdulillah karena masih bisa bangun pagi dalam keadaan sehat, Alhamdulillah masih bisa mandi dengan air bersih, Alhamdulillah masih bisa sarapan pagi, Alhamdulillah masih bisa menikmati dinginnya AC dsb dsb. Harapan saya, semoga kelak Naya menyadari bahwa setiap hari lebih banyak hal yang bisa disyukuri daripada dikeluhkan.

Saya janji nih, kelak saat Naya sudah cukup besar untuk mengerti, Naya akan saya ajak jalan-jalan ke bangsal untuk anak-anak dengan kanker supaya dia mengerti masih banyak teman-temannya yang tidak seberuntung dia. Semoga dengan begitu, Naya akan tergerak untuk membantu sebisanya. Sekedar membawakan buku cerita sudah sangat menyenangkan lho buat anak-anak disana! 

Saya berdoa semoga dengan kemajuan jaman, suatu saat nanti tidak ada lagi orang yang mengidap kanker. Amin!

Disney should make a hairless princess, so that little girls with cancer can feel beautiful too.

2 comments:

Rahma said...

“Boleh engga sih aku mati aja? Engga usah sakit, engga usah dikemo segala, engga pakai mual muntah....". Deg, miris banget membacanya. Jika mendengar kisah tentang anak yang mengidap kanker, kadang saya berpikir, "Toh nanti mereka juga meninggal, kenapa sih harus merasakan penderitaan kemo, ambil darah, dsb? Kenapa ga membahagiakan mereka d sisa hidupnya?". Jahat ga sih saya?Tapi beneran lho, saya ga tega mereka menderita dengan semua rutinitas pengobatan yagn harus dijalani.

Unknown said...

membaca blog ini mengingatkan saya dengan keadaan kakak saya yg mengidap thalasemia.. tetapi saya yakin kakak sekarang hidup lebih bahagia di sisi ALLAH SWT.. aminnn.. merasakan apa yang dulu tidak ia rasakan di dunia.. MISS U SIST :* :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...