Friday, June 14, 2013

Celoteh Naya

Setiap hari, adaaaa saja celotehan Naya yang membuat saya terkejut atau terbingung-bingung. Engga jarang juga bikin saya tertawa geli. Misalnya saja kemarin saat saya mau menjalani ujian sidang proposal karya akhir. Saya stress sekali sampai bolak/i ke kamar mandi karena mulas.

Naya: "Mama kenapa? Mau ngapain?"
Saya: "Mama mau ujian kak di rumah sakit. "
Naya: "Ujian kayak kakak Dea? (Tetangga, Red)"
Saya: "Iya" (Saya iyakan saja biar cepat selesai.) "Doain mama dong kak biar sukses ujiannya."
Naya: *menengadahkan tangan dan memejankan mata untuk berdoa*
          "Ya Allah, semoga mama Aya naik kelas kayak kakak Dea, sama cepat pulang supaya bisa ke
            mol. Amin."
Saya: *ngakak*

Atau lain kesempatan,
Naya: "Mama, Aya mau roti cokelat yang ada baling-balingnya, yang bisa mutel2 ya. Belikan."
Saya: "Roti baling-baling yang bisa muter apa sih kak? Beli dimana?"
Naya: "Ya di tokonya. Jauuuuuuh sekali dali lumah kakak."
Saya: "Iya nanti ya"
Karena saya engga ngeh maksudnya Naya, saya sengaja belikan roti coklat yang lewat di depan rumah.
Naya: "Bukan ini maaa. Roti yang ada baling-balingnya! Yang bisa mutel-mutel pokoknya."
Saya: *bingung*

Setiap hari saya ditagih terus roti coklat yang ada baling-balingnya, dan saya pun masih juga engga ngerti apa maksud Naya. Sampai suatu hari saat menjemput Naya balet, di tengah jalan,
Naya: "Ituuuu lho maaa, roti baling-baling Aya. Ah mama, masa engga tau. Ya ampuuun mama ini."
ternyataa.... maksud Naya adalah Holland Bakery. Di toko tsb memang ada kincir angin bak di Belanda yang berputar-putar. Oalah naaaak naaaak, ternyata selama ini Naya memperhatikan detail lho!

Di hari lain,
Naya: "Ma, kakak Aya engga mau balet di Malupi. Maunya di tempat Minnie Mouse ballet pakai baju pink aja."
Saya: "Memang Minnie Mouse ballet dimana kak?" *mikir anak ini kebanyakan baca buku cerita*
Naya: "Ya disana, di tempatnya."
Karena saya pikir Naya sedang berimajinasi atau teringat buku ceritanya, saya iyakan saja. Tapi saya bingung juga karena Naya 'mengejar terus'.
Naya: "Balletnya di Minnie Mouse ajalah ma, jangan disini".
Saya masih mengiyakan saja meskipun engga ngerti maksud Naya.
Sewaktu kami melewati jalan di Dharmahusada, perjalanan pulang dari mall, Naya teriak melihat sanggar tari di pinggir jalan yang memasang spanduk. Di spanduk itu ada gambar Minnie Mouse menggunakan tutu berwarna pink dan sepatu ballet pink. Ya ampuuuun, saya langsung sadar apa yang dimaksud Naya selama ini! Padahal gambar di spanduk itu kecil lho, bukan sesuatu yang menarik perhatian orang yang melihat. Ckckckck, Nayaaa Nayaaaa...

#PCH

Seperti yang pernah diposting disini, saya akan mengupdate foto Naya di Cover Hunt lalu:D
Fotonya sudah nongol di web Parenting, dan bisa divote via web atau sms.
Ini dia foto kakak Aya yang centil:p

Kesalahan Orangtua Saat Berobat

*kibas-kibas debu*

Halooo, akhirnya saya bisa ngeblog lagi nih setelah disibukkan dengan ujian sidang proposal karya akhir kemarin. Alhamdulillah sudah terlewati dengan baik walaupun banyak benerrrrr yak revisinya. Terimakasih doanya yaaa:*

Saya lagi mau cerita soal stase saya sekarang nih. Sudah beberapa bulan ini saya ditugaskan di unit rawat jalan alias poliklinik umum anak. Jadi, apapun penyakitnya, mulai batuk sampai diare, mulai alergi sampai terlambat bicara, kejang sampai demam berdarah, asma sampai jantung bocor atau sekedar mau imunisasi, selama berusia dibawah 18 tahun, datangnya ke saya dulu. Kebayang dong berapa banyak pasiennya?*pingsan*
Gambar diambil dari sini

Tapi sejujurnya, saya senang sekali lho bertugas disini, hitung-hitung menambah jam terbang supaya kemahiran mendiagnosis bertambah. #uhuk. Saya mau berbagi pengalaman supaya bisa dijadikan pelajaran juga bagi orangtua yang anaknya sakit lalu berobat ke dokter.

1. Jangan lupa mengukur suhu tubuh anak dengan termometer. Jangan dengan tangan-meter ya! Apalagi pakai perasaan-meter #eaaaaaa.
Seringkali kejadian, seorang ibu membawa anaknya yang konon sudah demam selama sebulan dan tidak turun-turun walaupun sudah meminum obat ini-itu.
Saya: "Berapa sih bu memang suhunya?"
Ibu: "Wah ya ndak tau dok, pokoknya rasanya panas. Sudah saya minumkan paracetamol bahkan kadang sampai 3 jam sekali tapi ya tetep ndak turun-turun."
Saya: "Sekarang ini menurut ibu panas engga? "
Ibu: *memegang kening anaknya* "Iya panasnya segini ini dok, ndak bisa turun."
Saya: "Engga ada keluhan lain? Rewel? Atau tetap aktif?"
Ibu: "Engga dok, biasa saja. Cuma ya panas itu."
Saya" "Saya ukur dulu suhunya dengan termometer ya bu."
Dan.... ternyata suhu di termometer menunjukkan angka 37 derajat Celsius -_-"

Kebayang engga sih selama ini anak ibu tadi diminumi obat terus padahal sebenarnya tidak panas? Anak sehat tapi diberikan obat terus menerus. Kasihan juga kan ya? Tangan, apalagi perasaan:p, sangat bersifat subyektif dan tidak bisa dijadikan patokan untuk mendiagnosis apalagi memberikan terapi. Menurut saya, orangtua yang mempunyai anak wajib hukumnya punya termometer. Engga perlu beli termometer infrared seharga 500 ribu, termometer raksa yang harganya 10 ribuan saja cukup kok! Suhu tubuh yang normal berkisar antara 36,5 - 37,5 derajat celcius, diatasnya baru bisa dibilang sumer, diatas 38 barulah demam/panas.

2. Jangan menyalahi dosis obat yang diresepkan dokter. Percaya deh, dokter meresepkan dosis tertentu pasti dengan suatu alasan:)
Contoh kejadian nyata nih. Seorang anak usia 2 tahun, berat badan 20 kg datang ke saya karena demam sudah 2 hari. Saya resepkan obat paracetamol syrup dengan dosis sekali minum 1,5 sendok. Keesokan harinya, sang ibu datang kembali karena "demamnya engga turun-turun dok!"
Saya: "Ibu sudah minumkan 1,5 sendok?"
Ibu: "Engga dok. Memang resepnya dokter kan 1,5 sendok, tapi saya lihat di kemasan obatnya untuk anak usia 2 tahun dosisnya 1/2 - 1 sendok, saya takut overdosis dok, makanya saya kasih 1/2 sendok saja."
Saya: -_______________________-"

Dosis obat untuk anak, tidak hanya ditentukan oleh umur tapi juga berat badan. Dosis yang ada di kemasan obat pada umumnya disesuaikan dengan rata-rata berat badan anak usia tertentu. Tapi untuk anak dengan berat badan yang tidak rata-rata tentunya harus disesuaikan., makanya di semua kemasan obat pasti ada kalimat "Atau sesuai petunjuk dokter." Jadi, jangan berpatokan terhadap dosis yang tertera di kemasan yaaa, serahkan kepada dokter untuk menghitung dosisnya secara tepat:)

Selain itu, saya juga pernah mengalami hal ini:
Seorang anak datang ke saya karena batuk 3 hari. Setelah diberi obat untuk 5 hari, keesokan harinya sang ibu datang kembali karena "obatnya sudah habis dok."
Saya tentu kebingungan karena ingat sekali meresepkan obat untuk 5 hari, kok bisa sdah habis?
Saya: "Lah? Kan kemarin saya beri untuk 5 hari bu. Apa ibu engga ambil resepnya semua?"
Ibu: "Bukan dok. Anak saya batuk-batuknya masih sering, jadi saya minumkan dobel dosis obatnya"
Saya: #eaaaaaaaaaaaaaaaaa

Jangan lupa, setiap obat mempunyai dosis aman untuk dikonsumsi dan pasti juga mempunyai dosis tidak aman. Kalau terlalu banyak, bisa jadi toksik alias berbahaya lhoo. Sekali lagi, percayakan ke dokter soal dosis obatnya ya!:)

3. Jangan menggunakan resep dokter untuk anak lain. Resep yang dibuat oleh dokter sangat personal sifatnya. Alih-alih sembuh, bisa jadi justru membahayakan jika dipakai oleh anak lain.
Contoh kejadian nyata lagi yaa.
Seorang ibu membawa anak berusia 8 bulan yang sudah batuk pilek selama seminggu.
Saya: "Sebelumnya belum pernah berobat bu?"
Ibu: "Belum dibawa ke dokter dok. Tapi sudah diberi obat kok."
Saya: "Lho, siapa yang ngasih obatnya?"
Ibu: "Kan seminggu yang lalu kakaknya sakit. Sama juga kok dok, ya batuk pilek gini. Terus kakaknya saya bawa ke dokter dapet puyer. Cespleng, 3 hari sembuh dok. Makanya adiknya saya kasih obat itu juga."
Saya: "Oh, kakaknya umur berapa?"
Ibu: : "8 tahun dok"
-_______________________________________________-""""

Untunglah sesuatu yang buruk belum terjadi pada sang adik. Bisa ngebayangin dong, 8 tahun dan 8 bulan, kira-kira perbedaan berat badannya berapa kg? Kira-kira berapa kali lipat dosis yang diminum sang adik dibanding seharusnya?

4. Anak yang sakit panas boleh lho, tetap mandi. Saya engga tau asal usul mitos ini dari mana, tapi saya sering menemukan orangtua yang berobat dan menanyakan "Engga boleh mandinya sampai kapan dok?" :p
Boleh, bahkan harus tetap mandi seperti biasa. Malah, kalau anak panas tinggi, saya sering menyarankan dimandikan sekalian saja menggunakan air hangat. Ini bisa dijadikan terapi thermoregulasi atau mengatur suhu agar normal kembali. Hitung-hitung kompres:D

5. Jangan mengompres di kening anak saja. Atau menggunakan air dingin.
Banyak orangtua yang mengompres anak menggunakan air dingin, dan hanya di kening saja. Sesungguhnya air dingin justru dapat meningkatkan suhu tubuh. Sebaiknya, mengompres seperti menyeka seluruh tubuh anak atau sekalian, memandikan anak dengan air hangat. Cara ini dinilai lebih efektif dan efisien untuk menurunkan suhu tubuh anak.

Sebenarnya masih banyak lagi yang ingin saya share soal ini. Saya janji deh, di postingan berikutnya saja yaa:D

Sunday, June 2, 2013

Anak Gadis Mama

Kemarin saat Naya berusia pas 2 tahun, saya kembali membawa Naya kontrol ke poli Tumbuh Kembang. Sebenarnya sudah tidak ada masalah yang berarti sih dalam tumbuh kembangnya, saya hanya ingin tahu sejauh mana kemampuan Naya sehingga saya bisa memberikan stimulasi yang pas untuknya.
Kakak Aya nge-drum

Alhamdulillah, dengan faktor resiko yang begitu berat dan banyaknya saat saya hamil dan melahirkan, tidak ada keterlambatan dalam tumbuh kembang Naya. Malah, setiap kali kontrol, saya bersyukur mengetahui tumbuh kembang Naya selalu diatas usianya.

Sama seperti kemarin, saya kaget juga mengetahui kalau kemampuan Naya rata-rata setara dengan anak usia 5 tahun. Saat discreening menggunakan Denver Chart, kemampuan bahasanya malah mentok setara usia 6 tahun, 3x umur Naya saat ini. Tentu saja saya sangat bersyukur, tapi juga bingung setengah mati.

Saat ini Naya sudah bisa merangkai kalimat yang panjang, misalnya saja seperti:
"Mama kenapa sih kok jaga terus di lumah satit? Kakak Aya kan di lumah, engga di lumah satit. Mama jaga kakak Aya aja ya!"

Atau:
"Ma, engga usah pelgi ya! Di kamal kakak Aya aja. Kita nanti nyanyi-nyanyi, nali-nali, celita-celita, ke mol Galaksi atau delta. Tapi kakak Aya engga suka ke Delta, panas." -________-"

Soal menyanyi, Naya jagonya. Dia sedang senang mengarang lagu. Kata-katanya dikarang sendiri, nadanya dari lagu yang dia kenal. Kalau saya iseng hitung, ada sekitar 30 lagu yang Naya hapal.
Naya sudah bisa makan sendiri, pakai baju dan celana serta sepatu sendiri (tapi bukan yang ditali ya), sudah mengerti konsep lawan kata (panas-dingin, besar-kecil, jauh-dekat, dll), sudah bisa gosok gigi sendiri, sudah bia menggambar lingkaran, garis lurus, kotak dan segitiga. Naya juga sudah bisa menulis angka 1-3, hapal alfabet (walaupun kadang terbalik-balik), hapal angka 1-10 dalam bahasa Indonesia dan Inggris, mengerti warna, bentuk, nama binatang, nama benda, hapal doa mau tidur, mau makan dan al-Fatihah.

Menurut konsultan Tumbuh Kembang, saya tidak boleh memperlakukan Naya sesuai dengan umur aslinya tapi harus sesuai dengan umur kemampuannya. Singkat kata, saya tidak boleh memperlakukan Naya seperti layaknya anak 2 tahun, tapi harus memperlakukan Naya sebagai anak yang berusia 5-6 tahun.

Saat saya mencari mainan yang sesuai untuk anak usia 5-6 tahun, ular tangga adalah salah satunya. Saya segera membeli dan mengajarkan permainan ini kepada Naya. Naya mengerti sih sebenarnya dan sudah bisa memainkannya, tapi saat bosan, Naya malah memasukkan dadu ke dalam mulut. Errrrr. Saya ingin ketawa juga sih sebenarnya. Anak saya memang masih bayi!<3 data-blogger-escaped-br="">

Selain itu, Naya sekarang juga sedang senang-senangnya mempelajari hal baru. Balet, misalnya. Dari yang awalnya hanya sekedar melihat gambar balerina di majalah, atau membaca buku cerita soal balerina, sekarang Naya juga ingin balet. Awalnya saya pikir "Mana bisa bayi se-Naya belajar balet? Paling nanti nangis terus ngambek minta pulang!" Tapi karena teringat saran dari konsultan Tumbuh Kembang yang juga merupakan guru saya , saya pun menuruti kemauannya. Susah sekali mencari sanggar balet yang mau menerima anak berusia 2 tahun. Ketika akhirnya ketemu, saya masih ragu akan mendaftarkan Naya kesana. Saya merasa kasihan kalau anak seumur Naya harus les balet segala. Padahal itu kan waktunya dia bermain-main. Lagi-lagi, saya teringat saran dan masukan guru saya tadi, dan memantapkan diri mendaftarkan Naya di sana. Niatnya sih mau melihat dulu apakah Naya memang senang disana. Kalaupun tidak, saya engga keberatan kehilangan sejumlah uang pendaftaran:)

Surprisingly, walaupun paling kecil di kelas, Naya bisa lho mengikuti pelajaran baletnya. Yaaa sering juga sih mengacau dengan berputar-putar sendiri, tapi sungguh, saya kaget melihat Naya semangat setiap mau pergi ke tempat balet, dan mengulang pelajaran balet di rumah. Sampai-sampai mau ke kamar mandi saja dia balet-_-"

Paling kecil di kelas

Anak gadis berlagak mandor:p
Saya mulai percaya dengan omongan guru saya, "Jangan mengunderestimate kemampuan Naya". Sehingga ketika beberapa saat setelahnya Naya meminta belajar drum (bapaknya drummer dan sering latihan band di rumah memang), saya kabulkan juga:D


Pelajaran buat saya sih sebagai emak. Intinya, saya engga mau memaksakan keinginan saya terhadap Naya. Saya membebaskan Naya sepenuhnya selama bertanggungjawab terhadap pilihannya sendiri. Saya sebagai orangtua hanya bisa mengarahkan, mendoakan dan menabung:p (Eh gila, uang les anak mahal hare geneeee!) Saya ingin Naya mengeksplor semua hal sebelum akhirnya Naya bisa memutuskan sendiri mana yang paling dia suka.
Oh ya, yang terpenting, saya engga akan lagi mengunderestimate anak saya sendiri, karena saya yakin seyakin-yakinnya, Naya pasti bisa!

Im so proud of you, kakak Aya!:*

Parenting Cover Hunt

Akhir-akhir ini, saya jarang banget mengupdate blog. Pada kangen engga sih? #uhuk *kege-eran*:))
Saya memang lagi sibuk mengurusi proposal karya akhir yang insyaAllah sidangnya akan dilaksanakan tanggal 12 Juni ini. Doakan lancar ya, stress euy:p

Jadi harap maklum saja kalau blog ini agak berdebu. *kibas2kemoceng* Boro-boro mau ngeblog, terkadang menyimak gosip di BBG saja harus nyolong-nyolong waktu. #eh :p

Selain itu, saya juga sedang berharap-harap cemas menunggu terbitnya buku saya yang ke-2. Kalau engga ada aral melintang, launchingnya sekitar akhir bulan ini. Jangan lupa beli ya. Saya nanti juga bakal mengadakan giveaway kok:)

Nah, disela-sela kesibukan saya bulan lalu dan bulan ini, seorang teman mem-bbm saat saya mengganti profile picture Blackberry saya dengan foto Naya untuk yang kesekian juta kalinya.
"Met, Naya engga kamu ikutin Parenting Cover Hunt?"

Dari teman saya tadi, saya baru tahu kalau majalah Parenting sedang mengadakan Cover Hunt di kota Surabaya, tepatnya di Tunjungan Plasa II. Awalnya saya engga begitu tertarik karena engga yakin bisa datang dan mengantar Naya. Tapi waktu saya ceritakan soal ini ke Naya, ternyata anak gadis saya itu -:p- menanggapi dengan penuh semangat.

"Kakak Aya mau di-cheese di mol ma! Mau difoto pakai baju Kici sama sepatu yang nyala mati nyala mati. Mau Mau Mau!"

(Btw, Naya memang sedang tergila-gila memakai sepatu yang bisa menyala, sepatu norak yang sempat ngehits banget waktu saya kecil dulu. Dan maunya dipakai terus lho setiap saat termasuk....saat mandi. Errrrrrr)

Karena engga mau menjanjikan apa-apa ke Naya, saya iyakan saja keinginannya sambil berharap kelak Naya akan lupa sendiri. Tapi, ternyata setiap kali Naya selalu mengingatkan saya " Ma, jadi kan kakak Aya di-cheese di mol? Pakai baju Kici sama sepatu lampu?", dan ini terjadi berulang-ulang sampai akhirnya saya engga tega juga mau nyuekin.

Walaupun engga yakin bisa datang mengantar Naya, saya daftarkan Naya secara online juga.

Di hari-H, saya mengikuti acara ilmiah tahunan Pediatri di Shangrila, dan tergesa-gesa menjemput Naya untuk pergi ke tempat audisi di TP2.

Naya happy sekali lho kelihatannya. Ikut bernyanyi bersama (dan ngeyel mau ikut naik panggung untuk nyanyi! Untung engga jadi karena pas waktunya dengan waktu foto), serta menari-nari selama menunggu.
Anak gadis saya. Pilih baju, jepit sampai sepatu sendiri.

Di tempat audisi tadi, saya melihat banyak juga orangtua yang mengantarkan anak-anaknya audisi. Ada satu hal yang sempat menjadi perhatian saya. Seorang anak, berusia kurang lebih 4 tahun yang sampai "diseret" (literally) sambil menangis jerit-jeritan oleh ibunya karena tidak mau difoto. Sedih sekali melihatnya. Entah siapa yang ingin mengikuti audisi kalau begini ini, ibunya atau anaknya?
Semoga saya engga akan pernah memaksakan kehendak saya ke Naya ya, amiiiiin!

Naya sendiri sangat kooperatif saat difoto. Memang pada dasarnya anak gadis saya ini suka sekali difoto sih ya:p Begitu naik panggung, langsung mengatur gaya sendiri dan cepat sekali prosesnya. Saya sama sekali engga mengatur gaya Naya lho. Entah dia dapat gaya darimana, sepertinya dari majalah-majalah yang saya punya. Kebetulan Naya juga suka membaca majalah saya:D
Hanya memakan waktu beberapa menit sampai fotografernya menghentikan sessi foto Naya.
In action!

Saya sih sama sekali engga berkeinginan Naya lolos atau sampai menang. Engga sama sekali. Saya hanya ingin Naya berani di lingkungan yang terhitung baru, percaya diri dan yang lebih penting, melakukan apa yang disukainya. Naya memang suka foto dan bergaya. Dia senaaaaang sekali beraksi di depan kamera. Saya engga bisa ngapa-ngapain selain mendukung bukan?:D

Saya sendiri engga terlalu paham bagaimana mekanisme "lomba" ini. Tapi sepertinya ada vote yang bisa dilakukan online. Sepertinya lho! Nanti kalau saya sudah "ngeh", saya update lagi ya!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...