Tuesday, June 7, 2016

Si Serba Teratur

Mama, kalau ada orang nyebrang tapi ga di Zebra Cross pas lampu pejalan kaki merah, terus ditabrak mobil yang salah siapa?
Pertanyaan di atas diajukan Naya saat saya menyetir mobil dan mengantarkannya pergi ke suatu acara. Jujur, dengan semakin bertambahnya usia Naya, saya semakin serius dan perlahan memikirkan jawaban atas semua pertanyaannya. Tak bisa lagi asal ceplos. Bahaya kalau nanti dikejar terus sama anak gadis ini:D
Saya bersyukur, sejak dulu Naya gampang sekali diatur. Bahkan sepertinya agak OCD dengan masalah aturan. Saya memang membiasakan Naya berdisiplin sejak bayi. Entah karena itu atau karena memang bawaan Naya, sejak dulu pun mudah sekali menerapkan aturan untuknya.  


Misalnya yang paling gampang ya, sampai sekarang Naya teratur sekali setiap hari. Begitu melihat jam sudah jam 15.00 (Harus pas ya, tak kurang atau lebih semenit pun!), apapun yang sedang dilakukan, otomatis ia langsung ke kamar mandi untuk mandi. Demikian pula dengan malam hari. Saat jam sudah menunjukkan pukul 19.30 (Teng!), walaupun ia sedang asyik mengobrol dengan saya, bermain dengan papanya, membaca atau menggambar, langsung deh tanpa diminta, Naya akan masuk ke kamar tidurnya untuk tidur.

Bukan hanya soal aturan untuk diri sendiri, Naya juga mengharapkan semua orang sama disiplin sepertinya. Entah sudah berapa kali Naya mengomeli supir kami yang dianggapnya tak taat berlalu lintas.

"Pak! Itu kan sudah lampu merah barusan, kok tetap jalan?" atau "Itu lho pak, ada huruf S dicoret, artinya engga boleh stop di sini. Kok masih aja berhenti di sini?" dsb dsb.

Naya juga sangat tepat waktu. Saya pernah berjanji padanya akan pulang dan sampai ke rumah tepat pukul 4. Ternyata, karena banjir dan macet luar biasa, terlambatlah saya (hanya 10 menit kok), dan sudah disambut di depan pintu dengan muka manyun dan omelan panjang lebar.

M: "Kak, maaf yaa. Mama engga tahu bakal banjir terus macet."
N: "Iya. tapi mama kan bisa ngasih tau kakak. Telpon kek, Line kek, Skype kek kalau bakal terlambat berapa lama. Kakak kan takut mama hilang atau nyasar atau salah jalan atau tenggelam kalau hujan gede begini!"

-_-"

Di satu sisi, saya senang sekali dan sangat bangga pada Naya. Bagaimana tidak, anak lain mungkin harus dikejar-kejar untuk mandi, tidur, sekolah, sikat gigi, menaruh sepatu di tempatnya, membereskan mainan, membereskan kamar dan lainnya. Naya sih sudah otomatis, malah terkadang mengomeli emaknya ini yang suka malas menaruh sepatu di tempatnya:p Naya juga sangat menghargai waktu. Percaya tidak, setiap malam sebelum tidur ia sibuk merencanakan secara detail jam per jam, apa saja yang akan ia lakukan keesokan harinya. Selalu.

Di sisi lain, saya khawatir juga. Pertama, saya khawatir Naya jadi sangat terobsesi dengan keteraturan. Bukannya tidak baik, tapi Naya bisa sampai stress sekali ketika apa yang ia rencanakan detail, meleset sedikiiit saja. Terlambat semenit dari waktu yang ia atur, bisa menangis tak karuan. Saya juga jadi ikut stress deh:p

Selain itu, mungkin untuk menerapkan keteraturan diri sendiri masih mungkin dilakukan dengan mudah untuk Naya, tapi lain ceritanya di lingkungan yang lebih besar. Tahu sendiri kan "budaya" negara kita yang serba ngaret. Bukan sekali dua kali lho, Naya datang ke suatu acara tepat waktu sesuai undangan, lalu acara tadi mulainya ngaret. Untuk anak lain mungkin biasa saja, tapi buat Naya? Wah bisa drama sinetron FTV dan kawan-kawannya.

Contoh lainnya, ya itu tadi sama dengan pertanyaan Naya di atas. Jawabannya apa? Siapa yang salah? Pejalan kaki? Come on, sejujur-jujurnya deh, kalau di Indonesia terjadi hal seperti itu, tak peduli bukan siapa yang menuruti aturan siapa yang tidak, pokoknya yang salah ya yang menabrak. Yang benar ya korbannya. Pahit, tapi kenyataannya begitu. Maka itulah saya kebingungan setengah mati menjawab pertanyaan Naya. Harus jawab apa ya? Ada ide?:)

Yang menjadi tugas untuk saya nih sekarang adalah bagaimana memberikan Naya pengertian sebesar-besarnya. Ia bisa sebal setengah mati kalau melihat ada pejalan kaki yang tak menyebrang di Zebra Cross, atau jembatan penyebrangan. Serius lho, dia stress banget! Kasihan juga saya melihatnya. Mungkin karena masih kecil, bagi Naya area yang dikenalnya hanya hitam dan putih, benar dan salah. Tidak ada tapi, tidak ada kecuali dan tidak ada area abu, merah, kuning, hijau, dst.

Saya pun masih belum menemukan bagaimana caranya sih hehe. Soon, hopefully!

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...