Tulisan ini masih tersimpan di draft sejak berbulan-bulan yang lalu:)))
Meta sendiri engga inget kenapa kok belum dipublish. Karena dibuang sayang, yasudlah yaa.. publish skrg aja:D
Awalnya
seperti orang-orang lain, saya hanya berniat untuk cuti melahirkan
selama 3 bulan saja. Tapi rupanya takdir berkata lain.
Karena kehamilan yang saya lalui cukup berat, saya cuti total 10 bulan sejak hamil sampai melahirkan.
Diawali
dengan morning sickness yang membuat saya harus bolak/i diinfus, lalu
sesak luar biasa yang kemudian diketahui karena kelainan jantung akibat
hormon kehamilan. Selain itu, tensi saya yang biasanya normal ikut
melonjak, bahkan menyebabkan saya sempat
tidak bisa melihat dengan jelas dan bengkak seluruh tubuh. Kondisi ini
yang membuat saya harus full bedrest selama kehamilan.
Setelah
melahirkan prematur karena severe oligohydramnion, sungsang dan
terlilit tali pusar 3x, saya masih harus bolak/i ke rumah sakit karena
Nayara kuning, bilirubinnya pernah mencapai kadar 27mg/dl. Fototerapi
beberapa hari, bilirubin turun. Tapi beberapa hari kemudian, kuning lagi
dan kadar bilirubin naik. Begitu terus berulang-ulang sampai kurang
lebih 1,5 bulan.
Begitu
Nayara tidak kuning lagi, barulah saya bisa mempersiapkan kembali masuk
kerja setelah sekian lama cuti. Rasanya campur aduk, seperti baru
pertama kali masuk kerja.
Malas, deg-degan, excited, kangen, semua jadi satu.
Waktu
itu, hal pertama yang saya siapkan adalah ASI untuk Nayara. Saya ingin
memberikan ASIX. Agar selama saya tidak di rumah Nayara bisa tetap minum
ASI, saya mulai menyetok ASIP. Jujur, produksi ASI saya tidak banyak.
Disaat orang lain bisa mencapai 100-150cc/kali pumping, saya hanya bisa
mendapat 20-30cc saja. Tapi karena niat, saya memasang alarm di hp
setiap 2 jam agar ingat untuk memompa asi 2 jam sekali. Alhamdulillah,
sebelum saya masuk, freezer khusus ASIP sudah terpenuhi.
Masih berhubungan dengan ASIX, saya menyiapkan peralatan memompa ASI seperti cooler bag, icegel, botol-botol ASIP, sampai
nursing apron.
Saya
juga menyiapkan baju-baju untuk kembali masuk kerja. Maklum, berat saya
naik 25kg selama kehamilan, baju saya yang dulu tidak ada yang muat:D
Akhirnya, sekalian saja saya buat baju menyusui di penjahit langganan.
Kemudian
setelah itu, yang paling penting menurut saya adalah menyiapkan mental.
Baik mental saya, Nayara maupun pengasuhnya. Setiap hari selama sebulan
sebelum saya masuk, saya selalu bicara dengan Nayara bahwa sebentar
lagi, saya mulai masuk kerja, jadi tidak bisa setiap saat bersama
dengannya. Saya yakin, bayi pun bisa mengerti
apa yang diomongkan orang dewasa. Dengan berulang kali membicarakan
ini, saya sekalian menyiapkan mental saya untuk berpisah selama jam
kerja dengan Nayara. Saya juga menyiapkan pengasuh Nayara untuk
mengikuti jadwal sehari-hari yang saya buat, mengajarkan apa saja yang
harus diperbuat dalam keadaan emergency, sampai bagaimana menghidangkan
ASIP dan cara memberikannya.
Last
but not least, berdoa. Saya sadar, selama saya kerja, Nayara hanya
ditemani seorang ART dan pengasuhnya yang bisa dibilang masih baru
bekerja di keluarga kecil kami. Rasa takut dan waswas pasti
ada.mendengar banyak cerita tentang penculikan bayi, kekerasan yang
dilakukan pengasuh. Yang bisa saya lakukan hanya berdoa semoga Tuhan
selalu melindungi Nayara saat saya tidak bisa bersamanya.
Alhamdulillah,
dengan persiapan-persiapan ini, saya bisa meninggalkan Nayara dengan
tenang. Nayara pun tidak pernah rewel selama saya tinggal:)
No comments:
Post a Comment