Who said being a mother is easy?
Banyak sekali pilihan yang diajukan dan harus diputuskan 1 detik pertama sejak seorang ibu dinyatakan hamil.
Harus minum susu hamil atau engga?
Senam hamil apa engga?
Normal atau caesar?
Gentlebirth atau engga?
Nantinya sekamar sama bayi atau engga?
Asi apa sufor?
Pake bedong apa engga?
Imunisasi apa engga?
Clodi atau pospak?
Babywalker apa engga?
BLW atau engga?
MPASI pertama buah atau sayur atau serealia?
MPASI rumahan atau instan?
Babyschool atau engga?
And trust me, list ini akan bertambah terus seiring berjalannya waktu.
Sedikit flashback ke beberapa bulan lalu waktu Meta masih di divisi kardiologi. Ada seorang pasien, 8 tahun, anak tunggal dari orangtua yang educated (dua-duanya sarjana) datang karena myocarditis associated varicella. Kelainan jantung akibat komplikasi dari varicella atau cacar air.
Iyaaa, cacar air yang ituuu, yang sering banget kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Bedanya, kalau biasanya kemungkinan terburuk 'cuma' bekas yang susah hilang di kulit, di anak ini komplikasinya sampai ke otot jantungnya yang engga kuat untuk berkerja sendiri.
Harus dipasang pacemaker atau alat pacu jantung seumur hidupnya agar jantung masih bisa terus berkerja.
Lho? Terus apa bedanya pasien ini dengan yang anak-anak yang kena cacar air lain?
B, sebut saja begitu, tidak pernah mendapat imunisasi varicella dan juga MMR karena orangtuanya banyak mendengar tentang hubungan vaksin ini dengan autisme. Imunisasi yang lain sih lengkap, hanya varicella dan MMR yang tidak.
Waktu Meta tanya ke ibunya kenapa sang anak tidak diimunisasi, jawabnya, 'Ada anak tetangga saya yang autis dok, KATANYA karena imunisasi varicella dan MMR'
Why did I bold the word katanya?
Karena Meta sangat menyayangkan sang ibu (dan banyak juga terjadi pada ibu-ibu lain) yang hanya menelan bulat-bulat informasi tanpa berusaha mencari tahu faktanya.
Lebih disayangkan karena kedua orangtuanya berpendidikan yang seharusnya bisa lebih mengerti bagaimana mencari informasi yang valid.
Di era tekhnologi seperti sekarang, mencari informasi sangatlah mudah. Tinggal ketik apa saja di google, keluar deh jawabannya. Tapi, mencari informasi yang valid tidak segampang itu. Jangan asal membaca blog orang, jangan juga asal mencopas pendapat orang di web tertentu. Yang lebih bahaya, kalau pendapat-pendapat geje itu dijadikan jujugan dalam memutuskan.
Sekilas tampaknya sederhana ya, halah engga diimunisasi cuma 2x aja kan engga apa-apa sih. Tapi Meta yakin pendapat seperti itu tidak akan keluar lagi dari Ibu B sejak anaknya terdiagnosa myocarditis.
Meta masih inget banget reaksi awal dari ibunya B waktu Meta jelaskan mengenai penyakit anaknya ini. Menangis histeris. Apalagi sewaktu anaknya juga mengerti (yaa anaknya udah ampir 9 tahun dan udah ngerti sih). Meta engga pernah lupa gimana sang ibu waktu B dengan polosnya nanya 'Kenapa sih kok ibu dulu ga imunisasiin aku?'. Menyesal? Pasti. Tapi bukannya sudah sedikit terlambat?
Anak adalah amanah yang dititipkan Allah SWT kepada kita, para orangtua. Harus dirawat dan dijaga sebaik mungkin. Karena sewaktu anak masih kecil belum dapat mengambil keputusan sendiri, kitalah yang memutuskan. Apapun keputusan kita, harus dapat dipertanggungjawabkan kelak tidak hanya pada anak tapi juga pada Allah swt. Maka dari itu, sebelum memutuskan apapun, cari info valid yang akurat sebanyak-banyaknya. Jangan asal menelan bulat-bulat informasi. Jangan ragu untuk bertanya pada ahlinya jika memang diperlukan.
Akhirnya, mau asi atau sufor, imunisasi apa engga, clodi atau pospak, dan segala pilihan lainnya, semua kembali lagi kepada orangtua, atau khususnya ibu. Please, be well-informed before you choose. Dan carilah informasi yang valid,akurat dan dari sumber terpercaya yang bisa dipertanggungjawabkan. Bukan informasi abal-abal, dari sumber tidak jelas, bahkan bila sumbernya bergelar dokter. Belum tentu benar lho!
Semoga tangisan bersalah dari ibu B sebagai respon dari pertanyaan polos B yang pernah Meta lihat itu engga akan pernah Meta lihat lagi. Amin!
Sent from my PurpleBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
5 comments:
Bener banget mbak, seharusnya imunisasi dan hal2 yang berkaitan dengan medis sebaiknya kita langsung tanya ke dokter anak. Bukan percaya dengan pendapat orang begitu saja.
Ini kan berkaitan dengan kesehatan anak kita kelak, sesuatu yang begitu penting.
Salam kenal sesama emak blogger dari pekanbaru ^_^
salam kenal mba atau ibu dokter nich...heheh
saya rina mama dari dua balita di bogor.
anak saya diimunisasi tapi hanya yang diwajibkan . kalau gak salah mmr gak diwajibkan ya jadi saya tidak imunisasi ini....jadi khawatir apa yang tidak wajib juga harus ya...maaf jadi konsultasi heheh
@mayya, wah jauh bgt dr pku:D met kenal yaa.. Betul, serahkan sesuatu pd ahlinya, bkn bgitu?:D
@rina: Halo mbak, met kenal. Sbnrnya rekomendasi idai yg eterbaru semua imunisasi direkomendasikan tmsk MMR. Gpp bs catch up kok mbak:)
assalamu'alaikum, salam kenal bu :), saya bunda dari 2 balita. mau tanya kalau MMR itu wajib dari IDAI, lalu bagaimana dengan ibu2 yg punya bayi dan balita di pelosok, sepengetahuan sy mereka 'hanya tahu' imunisasi 5L dari depkes (hep b, bcg, dpt, polio, campak). bagaimana caranya supaya mereka bisa dapet MMR secara buat vaksin MMR biayanya juga relatif mahal? ditunggu jawabnnya bu :)
@bundanya izzan,Memang MMR tidak dicover biayanya oleh pemerintah. Biayanya sekitar 100ribu. Kalau tdk tersedia di puskesmas, bisa ke dsa yg menyediakan mbak. Yang dicover pemerintah namanya imunisasi wajib, yg tdk disebut dianjurkan. Nah di rekomendasi idai terbaru, imunisasi wajib maupun yg dianjurkan sm2 direkomendasikan. Begitu ya mbak, hth.:)
Post a Comment