Friday, February 21, 2014

Kejang Demam

Di antara segala macam jenis keluhan yang sering saya dapatkan saat praktik, ada satu yang sepertinya sangat menakutkan bagi para orangtua. Apalagi kalau bukan kejang:D

Saya sering kedatangan pasien kejang yang orangtuanya panik luar biasa. Jangankah orang lain, saya sendiri pun pernah mendapat laporan Naya kejang saat demam tinggi. Waktu itu saya sedang memeriksa pasien. Nanny di rumah menelpon saya sambil menangis kencang "Buu, kakak kejaaang!". Saya langsung loncat dari meja periksa, menitipkan pasien ke teman, lari dan ngebut pulang ke rumah. Karena penyakit yang menyebabkan kejang ada banyak, saya ingin memfokuskan kepada yang paling sering terjadi, yaitu kejang demam.

Sebetulnya apa sih kejang demam itu?
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat ada kenaikan suhu tubuh (suhu 38 derajat celcius ke atas jika diukur menggunakan termometer di rektal) yang disebabkan proses ekstrakranium atau di luar kepala.

Kejang demam terjadi 2-4% pada anak berumur 6 bulan-5 tahun. Artinya, apabila terdapat kejang pada anak dibawah 6 bulan atau diatas 5 tahun, bisa jadi bukan suatu kejang demam.

Kejang demam sendiri ada dua macam. Yang sederhana serta yang kompleks. Kejang demam sederhana berlangsung singkat, kurang dari 15 menit (walaupun untuk ibu biasanya subyektif, bisa terasa seperti satu jam. Namanya juga melihat anaknya kejang), dan tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana ini adalah 80% dari seluruh kejang demam.

Kejang demam kompleks adalah kejang demam yang lebih dari 15 menit, berulang atau lebih dari 1x dalam 24 jam, atau kejang sebagian tubuh.

Apakah setelah kejang demam, anak bisa mengalami kecacatan kelak?
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi dari kejang demam TIDAK PERNAH dilaporkan. Demikian pula dengan perkembangan pasien, akan tetap normal pada mereka yang sebelumnya memang normal. Jadi tenang saja;)

Apakah ada kemungkinan anak bisa meninggal karena kejang demam?
Kematian karena kejang demam pun TIDAK PERNAH dilaporkan.

Saya khawatir anak saya kenapa-kenapa setelah kejang demam. Apa boleh minta foto rontgen atau sekalian CT Scan kepala untuk memastikan tidak ada apa-apa?
Foto x-ray atau CT scan biasanya hanya dikerjakan atas indikasi seperti:
-Kelainan yang menetap (Misalnya anggota badan lemah sebelah, kaki lumpuh, dll). Jika tidak, maka foto kepala tidak perlu dikerjakan.

Anak saya sebulan lalu kejang demam. Apakah bisa berulang?
Yes. Bisa banget. Faktor risiko berulangnya kejang demam:
1. Riwayat kejang demam pada ayah, ibu atau keluarga lain.
2. Usia kurang dari setahun.
3. Temperatur yang rendah saat kejang. (Pakai termometer yaa, bukan tanganmeter;p)
4. Cepat kejang setelah demam.
Kalau seluruh faktor diatas ada, kemungkinan berulang kembali adalah 80%. Jika tidak semua ada pun masih mungkin berulang, 10-15%.

Kalau kejang harusnya diapakan?
1. Walaupun terdengar impossible, tetap tenang. Jangan panik.
2. Longgarkan pakaian anak yang ketat terutama sekitar area leher.
3. JANGAN memasukkan APAPUN ke dalam mulut. (Contoh: sendok, kasa, kapas, tissue, sapu tangan dll.)
4. Posisikan anak terlentang dengan kepala miring.
5. Ukur suhu, catat berapa lama kejangnya.
6. Berikan diazepam rektal. (Obat anti kejang yang dimasukkan lewat anus.)

Apakah benar memberikan anak kopi bisa mencegah kejang demam?
Tidak. Jangan yaaa..

Saya takut mengimunisasi anak saya. Takut demam terus kejang. Sebetulnya boleh engga sih?
 Tidak ada kontra indikasi untuk vaksinasi pada anak yang mengalami kejang demam. Jadi boleh. Seandainya memang ada riwayat kejang demam, jangan lupa bilang ke dokter yang mengimunisasi agar meresepkan diazepam oral dan parasetamol.

Anak saya bolak-balik kejang, tapi tidak demam. Apa bisa dibilang kejang demam?
Tidak. Apabila kejang berulang tanpa demam, anak harus diperiksa lebih menyeluruh untuk mengetahui kemungkinan penyebab. Bisa jadi epilepsi.

Berikut adalah beberapa FAQ mengenai kejang demam. Semoga bermanfaat!:D

Wednesday, February 19, 2014

Anak Tunggal

"Halo mama? Kakak Aya bosen sama Noyolo. Dibuang aja kelincinya boleh engga?"

Suara unyil pagi ini sukses membangunkan saya. Saya yang malas-malasan melek gegara hujan dan angin badai di Soe dan lebih memilih berbalut selimut tebal langsung terbangun.

"Halo kakaaaaak. Kenapa kok mau dibuang?"

"Abis sayulnya kakak tuh dimakanin telus sama kelinci ma. Namanya udah kakak ganti. Jadi Plincess Happy, bial dia happy telus."

"Nanti bilang papa beli sayurnya yang banyak biar bisa dimakan berdua."

"Engga mau. Sayulnya semua halus kakak yang makan. Plincess ga usah ikut-ikut makan punya kakak."

-___________-"

Saat saya ceritakan hal ini pada seorang teman, dia bilang "Wah kamu harus cepat punya anak lagi biar anakmu engga egois. Anak tunggal itu kasihan, Met. Kamu inget kan waktu kita kuliah jiwa dulu? Salah satu faktor risiko gangguan kejiwaan kan anak tunggal. Biasanya anak tunggal itu mau menang sendiri, manja, bossy, selalu minta diperhatikan, drama queen, engga mau susah, engga mau kerjasama, dan sejuta stereotip negatif lainnya. Kamu tau kan si ******? Atau si *******?" Dia menyebutkan beberapa nama teman yang adalah anak tunggal. Entah kebetulan atau tidak ya, tapi sejujurnya, nama-nama yang disebutkan memang berkelakuan persis plek seperti stereotip negatif tsb.

Saya langsung deh kepikiran semalaman. Saya sendiri inginnya punya anak dua. Tapi mengingat kondisi saat hamil dan melahirkan Naya, sepertinya saya pun harus mempertimbangkan bahwa bisa jadi Naya akan menjadi anak tunggal. -BISA JADI. Please do re-read it- Tentu saja, sebagai orangtua, saya engga pengin Naya kelak jadi anak yang manja, egois, drama queen dll dll dll yang termasuk ke dalam stereotip negatif tadi. Benarkan anak tunggal selalu seperti itu?

Saya pun mengingat-ingat, siapa tahu ada kenalan atau keluarga saya yang anak tunggal dan tidak bersifat negatif yang melekat pada gelar anak tunggalnya. Ternyata...Ada!!!

Saya punya teman waktu kecil dulu, seorang anak tunggal. Walaupun dia adalah satu-satunya anak untuk orangtuanya, tapi Alva -panggil saja namanya begitu- dididik sangat keras. Ibunya benar-benar disiplin pada Alva. Saya ingat, dulu sekolah kami sering mengadakan bazar dimana banyak penjual mainan, makanan dan buku.  Alva harus menabung dulu sekian lama hanya untuk membeli komik Doraemon kesukaannya. Padahal ayah ibunya pengusaha yang cukup berhasil dan kaya raya. Untuk anak satu-satunya, apalah arti uang senilai tiga ribu rupiah? (Dulu harganya komik Doraemon masih segitu. Gila, jaman sekarang uang segitu bisa buat beli buku macam apa yak?)

Setiap Alva hendak membeli mainan pun, ia harus menabung sendiri dari uang jajannya. Terkadang untuk berhemat, dia mau lho jalan kaki sepulang dari sekolah supaya uang angkotnya bisa digunakan menambah tabungan.

Sewaktu SMP saat sekolah kami mengadakan karyawisata ke Jakarta, Alva pun rela tidak jajan beberapa bulan agar bisa ikutan. Dulu sih saya pikir kasian banget nih anak, orangtuanya kaya raya tapi pelit:p -Maaf ya, pikiran anak kecil-:)))

Bukan hanya soal uang, orangtua Alva pun sangat keras terhadap nilai-nilainya. Alva pernah cerita pada saya kalau ia harus mendapat nilai baik setiap ulangan karena kalau tidak bisa dihukum oleh ibunya. Saya juga tidak bertanya sih hukumannya apa, tapi tetap saja buat saya saat itu, buset orangtuanya kejam banget. -but again, it was my opinion as a child;)-

Saya engga pernah punya masalah dengan Alva. Sebagai "saingan" dalam memperebutkan ranking 1, menurut saya Alva sangat sopan, tidak egois, bisa diajak kerjasama, fun, asyik, mau diajak susah, punya banyak teman dan segala yang tidak termasuk ke dalam stereotip negatif tadi. Terbukti dong, engga semua anak tunggal begitu?;)

Karena kami sudah lama banget tidak berhubungan, saya tidak tahu bagaimana kabarnya sekarang. Gegara penasaran -baca:kepo- langsung deh saya jadi private investigator, saya pengin tahu sudah jadi apa Alva sekarang. Hasilnya..wow, Alva saat ini sudah jadi pengusaha yang sukses, dan kalau dilihat dari foto-fotonya di social media sih, bahagia:)

Di sisi lain, saya juga punya -banyak- teman yang manja, drama queen, attention wh*re, bossy, egois, engga mau diajak kerjasama yang -surprise surprise!- BUKAN anak tunggal:D

Kesimpulannya, menurut saya, mau tunggal atau bukan, yang terpenting adalah bagaimana seorang anak dididik. Jika orangtua mendidik dengan sangat memanjakan, anak tunggal atau tidak, tetap saja akan tumbuh menjadi anak manja. Sesungguhnya benar banget, anak dilahirkan seperti selembar kertas putih bersih. Mau digambari apa, diwarnai apa atau dibentuk menjadi apa, tergantung orangtuanya.

Saya engga akan memanjakan Naya, for sure. -Catat itu baik-baik, Dum!;p-
Saya ingat sekali bagaimana susahnya hamil dan melahirkan Naya. Saya ingat bagaimana perjuangan menyusui, merawat dan mengasuh Naya. Saya engga pengin "mengorbankan" semua perjuangan itu untuk menjadikan Naya anak manja kelak.

-Naya, if you read this later, please do understand why i always hard on you. Its not because i dont love you, but it means i love you even more;)-


Friday, February 14, 2014

The Pendant

Setelah menulis ini beberapa hari yang lalu, saya kebanjiran pertanyaan lewat email atau BBM mengenai pendant yang dihadiahkan suami.

Sekalian sajalah ya saya tulis di sini. Oh ya, saya sertakan juga foto-foto secara detailnya.
Kata suami saya, pendant ini dipesan di www.anyaalmira.com. Harganya saya engga tahu, suami juga kayaknya engga berminat ngasih tahu:p

Thank you perhatiannya yaaa:D





Tiga Dekade

Alhamdulillah, tepat hari ini usia saya bertambah satu lagi, resmi memasuki kepala 3:p

Setiap berulang tahun, saya selalu menyempatkan diri untuk berefleksi. Apa saja sih yang sudah saya kerjakan sepanjang hidup ini? Apa sudah berhasil mencapai cita-cita saya sendiri? Apa sudah sukses membahagiakan orangtua? Apa saya sendiri sudah bahagia? Apa yang sudah saya lakukan untuk keluarga dan orang lain?

Tahun ini, karena saya sedang berada jauh dengan keluarga dan disibukkan dengan kegiatan rumah sakit, saya tidak berniat berefleksi. Rencananya, saya ingin menonton Castle saja semalaman:p

Rupanya niat saya tidak tercapai dengan baik karena sore hari, tetiba saya diminta memberikan kuliah keesokan paginya mengenai resusitasi bayi baru lahir untuk segenap bidan, perawat, dokter umum serta direksi rumah sakit. Eaaaaaa.. engga kurang mepet ya waktunya?-_________-"

Tapi saya menyadari pentingnya materi ini untuk karyawan rumah sakit, makanya langsung saja saya iyakan. Setelahnya, baru panik:)))) Untung saja ada internet. Saya bisa browsing bahan-bahan terkait. Saat sedang asyik browsing, saya ingat kalau pernah menyimpan materi resusitasi di harddisk external. Saya utak/i-lah harddisk external saya dan malah menemukan file wishlist saat saya masih kecil:)))

Saya memang sangat organized, termasuk pada tulisan-tulisan saya. Kalau mau membaca tulisan saya sejak kecil, pasti masih tersimpan rapi. Saya bahkan masih menyimpan tulisan pertama saya saat pelajaran Bahasa Indonesia saat kelas 3 SD. Waktu itu kami diberi tugas mengarang dan saya menulis soal mama. Semua tulisan sudah diketik ulang dan disimpan dalam disket, kemudian di-convert ke bentuk file setelah disket terbilang barang langka:p

Anywaaaay, tulisan wishlist yang saya temukan itu ditulis tahun 1994, saat masih berusia 10 tahun dan duduk di kelas 6 SD. Judulnya adalah "Dreams".

Kira-kira begini isi mimpi saya saat itu:
1. Sekolah di SMA favorit se-Jawa Barat dan termasuk 10 besar SMA favorit se-Indonesia, SMAN 3 Bandung.
2. Jadi dokter spesialis anak.
3. Keliling Eropa.
4. Umroh.
5. Kerja di majalah.
6. Jadi penyiar radio.
7. Jadi penyiar tv.
8. Get married to Prince William Arthur Phillip Louis.--> MashaAllaaaaah, saya ngakak sejadi-jadinya baca yang ini:))) Alay bener yak, Nayaaaa jangan ditiru ya!:))))
9. Ke UK.
10. Bikin buku.
11. Dapetin tandatangan semua personelnya Spice Girls. --> Ngakak lagi:))))

Well, coba lihat. Hampir semuanya sudah tercapai, alhamdulillah. Saya dulu bersekolah di SMAN 3 Bandung, -hampir- jadi dokter spesialis anak (walaupun sempat terdistraksi ingin menjadi dokter spesialis bedah sebelumnya kembali ke niat awal:p), sudah keliling Eropa karena program pertukaran pelajar kedokteran, sudah umroh, sempat kerja di majalah remaja Olga selama beberapa tahun, dan menjadi kontributor di blog web majalah Ayahbunda, hampir 11 tahun menjadi penyiar radio, hampir 10 tahun menjadi penyiar tv, sudah bikin 4 buku (hopefully, menyusul yang selanjutnya. Kalau engga malas:p), dan sudah dapetin tandatangan semua personelnya Spice Girls karena berhasil memenangkan Request of The Day di Mtv Asia saat Artist of The Month-nya Spice Girls;)

Ada dua sih yang tidak dan belum tercapai. Yang -jelaslah gila!- tidak tercapai, menikah dengan Prince William. Hahahaha, serius saya ngefans banget sama putra sulung Prince of Wales ini. Saking ngefansnya, saya sampai bela-belain mendalami segala macam soal British dan akhirnya jatuh hati pada UK alias United Kingdom. Dulu saya sampai hafal letak geografis, sejarah negara dan serba-serbi kerajaan Inggris lho! #niat 

Yang belum tercapai, pergi ke UK! Sebenarnya waktu internship di Eropa, saya mati-matian ingin sekali menyempatkan diri ke UK. Sayangnya, sulit sekali mengurus visa untuk ke sana:( Saya yakin, mimpi yang ini inshaAllah pun akan tercapai;)

Alhamdulillah, Allah baik sekali sama saya. Hampir semua mimpi saat saya masih kecil dulu sudah tercapai. Bahkan Allah memberi saya lebih. Jauh lebih baik dari yang pernah saya mimpikan. Padahal saya sendiri engga pernah menyangka lho! Makanya judul tulisan itu adalah Dreams. Saya pikir semua itu hanyalah mimpi yang terlalu tinggi untuk bisa saya capai.  Mungkin memang benar kata ungkapan, If you can dream it, you can do it! (Kecuali bagian Prince William-nya ya.. LOL).

Alhamdulillah, di tiga dekade hidup ini, saya merasa bahagia. Saya berhasil meraih mimpi-mimpi saya sejak kecil. Sebagai tambahan yang jauh lebih baik, selain keluarga, saya punya suami yang selalu mendukung saya. The bestfriend, the partner in crime, the debate partner, the handy man, the supporter, the advisor, my everything:) Dannn, tentu saja saya punya Naya. The apple of my eye, the sunshine of my life, the water to my stream, the smile to my day, the beating to my heart:)

Ngomong-mgomong soal Naya, setelah 18 hari ngambek dan mogok ngomong, pagi ini saya dikejutkan oleh telepon di pagi hari darinya. Naya menyanyikan lagu Happy Birthday untuk saya. Antara lebay dan kangen banget, saya mbrebes miliiiii:')
Hahahaha, kemudian lagu itu disambung dengan: "Mama, jangan lupa bawakan kadonya buat kakak Aya dari Soe nanti ya! Kado ulang tahun buat kakak! Sama balon! Kakak Aya juga mau nasi kuningnya ya ma! Jangan lupa!"
-___________________________________________________________________________-"

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Alhamdulillah:)

Thursday, February 13, 2014

Terpesona Ibu Risma

Kemarin, saya gaduh gelisah semalaman karena kedatangan pasien "jelek", seperti bom waktu yang tinggal menuggu waktu meledak saja. Seorang anak berusia 7 tahun, berat "hanya" 9 kg, datang karena tidak mau makan sejak 3 bulan lalu, BAB darah sejak sebulan, muntah setiap makan atau minum, demam sejak 3 bulan, dan hanya minum air teh selama 3 bulan belakangan.

Sebelumnya, ibu tidak pernah membawa anaknya ke dokter atau puskesmas. Cukup dibawa ke dukun yang memijat perut sang anak. Saat saya periksa, perut pasien ini membesar, tidak terdengar bising ususnya, anak tampak lemah dan seputih kapas, literally. Pantas, karena hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar Hb-nya 3 saja. Entah sudah berapa lama perdarahan yang terjadi, tapi waktu di ruangan, anak ini masih terus-terusan BAB darah, hitam seperti petis. Saya rasa, kalau dicek lagi setelah perdarahan itu pasti Hb-nya sekitar 1 atau kurang.

Saya langsung memesan darah. Tapi ternyata stok darah tidak ada. Saya minta keluarga mencari donor yang bergolongan darah sama sesegera mungkin. Keluarga yang ada malah terlihat enggan. Ternyata setelah saya selidiki, ayah sang anak baru saja meninggal dunia karena HIV. Saya bingung. Tanpa ada darah, tampaknya percuma saja saya beri obat atau oksigen untuk anak ini. Saya rencanakan untuk merujuk ke RS yang lebih besar, tapi tertunda karena surat-surat administrasi yang tidak lengkap. Saya hanya bisa menunggu surat-surat administrasi selesai entah kapan karena rumah pasien berjarak 6 jam dari rumah sakit. Maka itu, saya mirip seperti setrikaan deh,  bolak-balik dari rumah ke ruangan untuk melihat keadaan pasien ini.

Karena tidak bisa tidur tenang, saya putuskan menonton televisi sambil menunggu kabar dari pasien tadi.

Awalnya saya sedang menantikan episode terbaru Asia's Next Top Model. Namun saat iklan saya ganti channel beberapa kali dan terhenti di Metro TV saat Najwa Shihab dalam acara Mata Najwa memperkenalkan ibu Tri Rismaharini, walikota Surabaya sebagai bintang tamunya. Saya selalu mengagumi bu Risma sebagai pemimpin. Saya menyaksikan secara langsung bagaimana Surabaya berubah ke arah yang lebih baik di tangan bu Risma.

Sungguh saya sangat terpesona dengan bu Risma. Penampilannya sangat sederhana. Bahkan, saya baru kali ini melihat bu Risma dengan make-up, walaupun hanya sekadarnya. Jauuuuh kalau dibandingkan dengan Ratu Atut atau Airin:p  Alur pemikiran bu Risma juga sederhana, sesederhana pilihan katanya saat berbicara. Jauuuuuuuh deh dibandingkan dengan pejabat-pejabat yang kalau bicara terkadang menggunakan kata-kata sulit yang "tinggi". Tapi saya bisa melihat apa yang membedakan bu Risma dengan pejabat-pejabat lain. Bu Risma terlihat sekali bekerja dengan hati.

Saya ikut menangis saat bu Risma menangis. Saya tak sampai hati melihat pemimpin kota saya ternyata merasa tertekan. Tampak jelas bahwa bu Risma "lelah". Momen yang paling mengharukan buat saya adalah pada saat beliau bilang engga bisa mengurus anaknya sendiri karena sibuk mengurus Surabaya. Duh, saya mbrebes mili deh mendengarnya. Sebagai ibu yang juga bekerja -dan sibuk-, saya bisa banget merasakan apa yang ibu Risma rasakan. I feel you, bu! I do.

Tapi saya pun setuju dengan apa yang bu Risma bilang selanjutnya. "Saya yakin jika saya mengurus Surabaya karena Tuhan, anak-anak saya akan diurus oleh Tuhan." :')

Mungkin ini bisa saya contoh saat ada orang nyinyir "Kamu kok sibuk ngurusin anak orang melulu, anak sendiri engga diurusin?":p

Entah kenapa, saya langsung teringat dengan tulisan saya sebelumnya ini. Ibu Risma adalah ibu yang bekerja. Apakah karena sibuk mengurus Surabaya dan tidak mengurus anak-anaknya sendiri beliau tidak bisa dibilang ibu yang mulia? Buat saya sih, beliau mulia sekali. Sebagai ibu kandung dari anak-anaknya, dan ibu dari kami semua, anak-anaknya se-Surabaya. Yang tidak mulia mungkin yaaa -yang katanya- motivator yang bikin kultwit begitu padahal engga pernah merasakan jadi ibu:p #sikap #teteuuuup :)))

Ibu Risma,
Saya sangat mengagumi kepemimpinan ibu. Seperti jutaan orang lainnya, tentu saya pun ingin ibu tetap menjalankan tugas sebagai walikota dan tidak mundur. Kami masih membutuhkan ibu. Tetapi, melihat betapa tertekannya ibu, betapa galaunya hati ibu, saya sih tidak tega bu. Shalat istikharah saja bu, minta petunjukNya. Apapun keputusan ibu kelak, pasti akan saya dukung. Kalau ibu ingin mundur, saya ikhlas bu. Ibu tidak mundur, Alhamdulillah. Yang terbaik menurut ibu saja yang mana.  Semoga Allah SWT selalu memberikan ibu kesehatan dan umur panjang, amin.

PS: Karena banyak yang menanyakan apa kabar pasien saya itu, akhirnya surat-surat administrasi lengkap tapi keluarga menolak dirujuk. Alasannya tidak punya uang untuk biaya hidup selama di RS tujuan. Pasien ini meninggal tanggal 14 Februari dengan Hb kurang dari 1, tak terbaca di alat pengukur, dan tidak mendapat donor darah sampai detik terakhir hidupnya. 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...