Tulisan ini saya buat untuk web Ayahbunda, bisa juga dibaca disinihttp://www.ayahbunda.co.id/profile/metahanindita/blog/gong.xi.gong.xi/6/3:)
Sejak
sebelum menikah dulu, saya sudah berencana untuk mengajarkan toleransi
pada anak saya kelak. Tidak hanya toleransi dengan umat agama lain, tapi
juga dengan adat istiadat, tradisi maupun kebudayaan lain.
Saya
sendiri tumbuh di keluarga muslim yang taat. Namun, bersekolah selama 9
tahun di sekolah Katolik otomatis membuat toleransi saya terhadap umat
beragama lain tinggi.
Saya
ingat dulu suka merasa sedih kalau ada yang pilih-pilih teman
berdasarkan sukunya. Apalagi kalau saling mengejek yang membawa-bawa SARA. Saya juga sedih saat mengetahui ada ajakan untuk
tidak mengucapkan selamat Natal, Waisak, Galungan atau Imlek pada teman
yang merayakan. Saya engga ingin kelak Naya menjadi salah satu dari
orang-orang itu.
Buat
saya sih, mengucapkan selamat adalah bentuk penghormatan dan toleransi
yang tidak ada sangkut pautnya dengan kadar keimanan kita.
Bagiku agamaku, bagimu agamamu. Bukan berarti kita tidak boleh saling menghormati kan?:)
Indonesia
adalah negara dengan beranekaragam suku, agama, ras, adat istiadat yang
memperkaya bangsa dan sudah seharusnya dianggap sebagai suatu kekuatan.
Saya
selalu menunjukkan Naya segala budaya ataupun kebiasaan yang ada di
masyarakat kita. Karena Naya masih belum cukup besar untuk mengerti
mengenai perbedaan-perbedaan yang ada, saya memulai 'mengajarkan'
toleransi ini dengan mengenalkan simbol-simbol yang berkaitan dengan
perayaan-perayaan. Mulai sinterklas sampai pohon natal. Mulai ketupat
sampai barongsai.
Harapan
saya, nanti saat Naya sudah cukup mengerti, dia tahu bahwa selain
tradisi dan perayaan yang biasa dia ikuti seperti Idul Fitri atau Idul
Adha, masih banyak lagi tradisi dan perayaan lain di negara ini yang
harus dihormati juga.
Walaupun
saya tidak ikut merayakan, tapi saya selalu suka suasana Imlek. Lautan
warna merah emas dimana-mana, termasuk lampion dan ornamen-ornamen khas
chinese. Semua orang mengenakan baju cheongsam. Sungguh sangat meriah!
Tahun
lalu, saya mengajak Naya menyaksikan pertunjukan barongsai di mal. Wah,
Naya excited sekali lho melihatnya. Sepanjang pertunjukan, Naya
tertawa-tawa sambil bertepuk tangan. Bahkan, di akhir pertunjukan, Naya
ikut berebutan amplop angpau yang dibagikan kepada seluruh pengunjung.
Seru deh!
Tahun
ini, saya sudah mulai sounding ke Naya bahwa kami akan menonton
barongsai lagi. Entah dia masih ingat atau tidak barongsai itu yang
seperti apa, tapi Naya terlihat bersemangat menanti-nanti 'aongcay'.
Saya juga!:p
Untuk ayahbunda yang merayakan Imlek, gong xi fat choi!:)
1 comment:
Saya membaca artikel ini, benar-benar informatif. Cara Anda menulis dan menjelaskan semuanya sangat mengesankan. Berterima kasih kepada Anda untuk artikel yang informatif. Sekolah Cambridge Terbaik
Post a Comment