Monday, May 19, 2014

Speak Up VS Sopan Santun

Beberapa waktu yang lalu (sengaja berapa tahunnya engga ditulis:p) saat masih ABG, saya ingat betul betapa terkenalnya jargon "Speak Up". Hampir semua media yang berhubungan dengan remaja mulai dari radio, acara televisi sampai majalah berlomba-lomba mengajak para remaja untuk speak up, tidak takut untuk mengungkapkan pendapat masing-masing.

Mungkin ini ada hubungannya dengan masa orde baru yang baru saja berakhir waktu itu. Seperti yang kita ketahui bersama, kebebasan berpendapat pada masa tersebut sangat dibatasi kalau tidak ingin disebut dilarang:p Setelah masa reformasi di tahun 1998, mulailah orang berani bebas berpendapat dan mengeluarkan opininya tadi di muka umum.

Ini ngapain coba ya saya ngomongin speak up sampai reformasi? Mau ngomongin politik ya? Hahaha engga kok:p Semuanya berawal gegara kekepoan saya terhadap beberapa akun social media mulai Instagram sampai Twitter. Lah? Apa hubungannya?

Jadi ceritanya saya sudah memfollow akun Instagram banyak selebriti sejak dulu. Tapi saya engga pernah segitunya membaca satu persatu komen yang bertebaran di sana. Kemarin, saya iseng memfollow akun Instagram salah satu artis muda kita, sebut saja namanya X. Beranjak dewasa, X ini semakin cantik saja, jauh berbeda dengan sebelumnya. Wajar saja, namanya juga wanita, semakin dewasa tentu akan semakin pintar berdandan. Apalagi si X ini juga rajin diet dan berolahraga. Sejujurnya, saya sangat salut dengan usaha dan semangatnya. Saya masih belum berniat membaca komentar yang masuk di akunnya, sampai saya menemukan postingan sebelumnya. X ini mengunggah foto masa kecilnya yang diberi caption kita-kira begini "Tuh, liat fotoku pas masih kecil. Daguku lancip kan? Wajar saja kemarin2 engga terlihat karena gendut. Jadi kalau sekarang kurus ya wajar jadi lancip lagi. BUKAN operasi plastik!"

Membaca captionnya, saya jadi kaget. Ha? Memang ada yang berpikiran si X operasi plastik? FYI, X ini masih di bawah umur. Saya sih sama sekali engga pernah terpikir begitu. Saya baca komentar-komentar yang masuk. Wow. Banyak sekali yang menghina, menghujat dan mencaci maki X ini. Komentar kasar seperti "Halah tampang oplosan, engga mau ngaku. Muka item, gendut kayak pembantu aja bangga." sampai ke komentar yang bahkan saya engga tega menulisnya pun bertebaran. Saya tambah penasaran lagi dari mana asal komentar-komentar kasar begini. Eaaaa ternyata saat saya buka akunnya, pemiliknya masih berseragam SMP dan ada juga yang SMA.

Masih soal komentar di Instagram artis. Saya memfollow seorang artis yang terkenal dengan gaya hidup wah. Im not a fan, tapi saya suka melihat model-model bajunya. Kemarin saya iseng membaca komentar-komentar yang ada di akunnya. Lagi-lagi, banyak sekali komentar kasar atau hujatan blak-blakan mulai dari tuduhan gaya hidup mewahnya adalah karena si artis simpanan pejabat, atau hartanya adalah hasil "ngangk*ng". Duh, saya saja yang baca (dan engga kenal, please noted) ngerasa engga enak banget, apalagi artis yang bersangkutan ya?

Di jaman sekarang, memang sungguh terlihat jelas perbedaannya dengan sebelum masa reformasi. Kita bisa dengan mudah saja mengungkapkan pendapat kita mengenai segala hal. Apalagi dengan banyaknya social media. Mau berpendapat soal penampilan artis X? Gampang, tinggal mention saja yang bersangkutan lewat twitter. Mau komplain soal pemerintahan? As easy as 123. Tinggal mention menteri terkait, atau malah langsung mention pak presiden lewat twitter. Saya pernah iseng search tweet yang memention pak presiden. Hasilnya? Astaghfirullah, banyak banget lho yang menghujat dengan kata-kata kasar. Im not his fan either. Tapi di agama saya, seorang pemimpin wajib untuk dihormati dan dimuliakan. Walaupun ternyata ada keburukan atau kezaliman, kita sebaiknya tidak menghujat, mencacimaki atau menjatuhkan.

Saya sebenarnya senang dengan kebebasan berpendapat, terutama untuk generasi muda karena nasib Indonesia masa depan ada di tangan pemuda-pemudi ini. Hanya saja, yang tak kalah pentingnya adalah cara kita dalam menyampaikan pendapat. Bebas sih bebas, tapi ya jangan kebablasan. Menurut saya, mengungkapkan pendapat dengan hujatan, cacimaki, kata kasar hanya menunjukkan bagaimana kualitas diri kita. Apa untungnya? Apa ruginya sih kalau kita belajar beropini dengan penuh etika dan sopan santun? Menyampaikan pendapat dengan positif tentu akan lebih menyenangkan daripada dengan komentar negatif penuh kata kasar dan hujatan. If you can not be positive, please just be quiet.

PR nih buat saya sebagai orangtua untuk mengajarkan Naya kebebasan berpendapat dengan sopan santun. Kebebasan berpendapat memang adalah hak untuk semua orang. Tapi ingat, hak kita pun dibatasi oleh hak orang lain. Benar?

Errrr...PRnya banyak banget ya:)))))

11 comments:

El said...

Apalagi di instagram mulan jameela met... Wuih... Sadiiiiis... Saya bukan hatersnya tapi emang enggak suka kelakuannya daripada terjebak saya mending unfollow deh.

Toko karpet murah jakarta said...

wow.... asik nih ^^ smangat kak :D

Catering Makanan Sehat Di Jakarta GorryGourmet.com said...

asik bangett lah kak :D

Toko karpet murah jakarta said...

iay kak keren deh pokoknya :D

teknonetwork.com said...

wih asik keren banget ini >,<

http://www.katalogibu.com said...

wahhhhh jereeen bangettt

teknonetwork.com said...

uiy asik nih >,,<

refill toner murah jakarta said...

iya kak keren banget dehh

Refill Xerox CP205 said...

Sopan Santun itu memang diperlukan

Anonymous said...

sopan santun hari gini memang penting sekali kakak....

https://wordpress.com/posts/solusipinjamandanablog.wordpress.com said...

saya setuju sekalia dengan pendapat kaka satu ini

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...