Thursday, January 31, 2013

Adek Naya

Sepulang dari rumah sakit, disambut anak bayi yang ngomong bisik-bisik.
"Ssssst.. Mama jangan belisik. Kici adeknya Aya lagi bobok."

-________________-"

Pernah juga:
M: "Kak Aya i love you"
N:"Mama afwuuuu"
M:"kak Aya i miss you"
N:"Mama asyuuu"

:)))))))))

Afwu kakak Ayaaaaa:*

Wednesday, January 30, 2013

Naya's Artwork

Bayi 21 bulan berjudul Naya ini lagi suka-sukanya mewarnai dan menggambar. Terkadang Meta pinjemin iPad yang ada aplikasi mewarnainya, udah deh heboh sendiri dia di depan iPad.
Ini salah satu hasil mewarnainya Naya:D

Not bad-lah:)

Anyway, rada sedikit engga nyambung sama judul nih ya. Kebetulan inget beberapa celotehan Naya yang pengen didokumentasikan di blog hehe.

Kemarin waktu Meta mau berangkat ke rumah sakit, terjadilah dialog ini.
Meta : "Kak, mama ke rumah sakit dulu ya. Kakak mau dibawain apa nanti sama mama?"
Naya: "Bayem, ma."
Meta: "Ha? Bayem? Balon maksudnya?"
Naya: "Bayem ma, bukan bayon."
Meta: "Oh, oke. Terus apalagi?" *bingung entah siapa yang ngajarin*
Naya: "Tomat, cabe, worteng-wortel,Red-,kecap cama bumbu.
Meta: "Buat apa kak?"
Naya: "Cayur asem ma. Enyak cekayi"
:)))))))))))))))

Lain waktu. Pagi-pagi sekali sudah teriak-teriak. Ternyata "ngobrol" sama koko tetangga depan rumah(5yo) dari balik pagar rumah masing-masing.
Koko: "Nayaaaaaa, enak engga puddingnya?" (Waktu Naya sakit, koko ini datang membawa pudding).
Naya: "Kooo, enyak cekayi."
Koko: "Naya sudah sembuh?"
Naya: "Sudah ko. Engga (minum) obat lagi."
Koko: "Naya nanti sekolah ya?"
Naya: "Engga ko. Cekolahnya tutup. Ke mol ajaaaaa"

Emak yang dengerin--> antara ngakak sama gemes.

Oh ya ngomong-ngomong soal pudding, waktu Naya sakit kemarin, kami banyak sekali kedatangan tetangga yang menengok. Semuanya heran kenapa Naya engga jalan-jalan sore. Ada yang membawakan pudding, buah sampai roti kesukaan Naya. Wah emaknya kiri-kanan aja engga hapal padahal rumah siapa:))
Terimakasih ya tetanggaaaa!:)


Tuesday, January 29, 2013

Penyakit Musim Penghujan

Ini tulisan saya buat web Ayahbunda yang bisa juga dibaca disini.

 *

Saat ini, Indonesia sudah memasuki musim penghujan. Di Surabaya, kota saya tinggal, hujan turun hampir setiap hari dengan derasnya. Di Bandung, kampung halaman saya, menurut keluarga juga diguyur hujan terus setiap hari. Bahkan di Jakarta, sebagaimana yang kita ketahui bersama, curah hujan yang tinggi ditambah ketidakseimbangan ekosistem menyebabkan banjir.
Sebagai seorang ibu, saya sangat khawatir setiap musim penghujan datang karena resiko terjadinya penyakit pada anak sangat tinggi.  

Kenapa?
Hujan akan menimbulkan genangan-genangan air baru. Tempat ini tentunya potensial sekali untuk hidup nyamuk aedes aegypti yang dikenal sebagai penyebab demam berdarah.

Hujan dapat menyebabkan bakteri dan parasit dari septic tank dan kotoran hewan terangkat lalu hanyut, mencemari sumber air bersih. Jangan heran kalau
berbagai penyakit lain yang disebabkan infeksi virus maupun bakteri seperti influenza, pusing, diare, disentri biasanya  meningkat.

Di kawasan perumahan tempat saya tinggal, banyak sekali anak yang terkena sakit musim penghujan ini. Sebut saja Ari, anak berusia 6 tahun yang tinggal di depan rumah saya. Ari baru saja terkena demam berdarah dan harus dirawat di rumah sakit. Bukan itu saja, rupanya cuaca dingin juga menyebabkan asmanya kambuh. Jadilah selama bulan ini, Ari sudah bolak/i ke rumah sakit.

Alhamdulillah Naya sehat walafiat. Bahkan ketika seisi rumah terkena demam berdarah, hanya Naya yang aman. Walaupun begitu, tetap saja saya parno. Takut sekali ada virus/bakteri yang dekat-dekat Naya.

Lalu, apakah yang bisa kita lakukan untuk mencegah kita dan anak kita terkena penyakit-penyakit musim hujan ini?

1. Cuci tangan.
Minimal sebelum sarapan, sebelum makan siang, sebelum makan malam, setelah buang air dan saat mandi. Penelitian menyebutkan kasus diare pada anak menurun drastis saat responden mencuci tangan menggunakan sabun.
By the way, sudah tahu kan bagaimana caranya mencuci tangan yang benar?
Kalau belum, saya sertakan gambarnya ya.


2. Lindungi diri dari nyamuk.
Caranya? Bisa dengan obat nyamuk atau sesederhana menggunakan kelambu saat tidur.

3. Jaga kebersihan lingkungan.
Pastikan tidak ada genangan air di sekitar rumah. Selalu buang sampah pada tempatnya dan bersihkan selokan secara teratur. Jangan lupa untuk menutup bak penampungan air agar tidak ditinggali jentik-jentik nyamuk.

4. Konsumsi makanan yang bergizi dan seimbang.
Nutrisi yang baik dapat meningkatkan daya tahan imun tubuh terhadap penyakit.

5. Hindari penularan dengan masker.
Bila ada salah satu anggota keluarga yang sakit, mintalah anggota keluarga yang lain menggunakan masker hidung untuk mencegah penularan.

Setidaknya ada 5 hal dasar yang sudah saya share untuk mencegah penyakit di musim hujan ini. Semoga ayah, bunda dan anak-anak semua sehat selalu ya!

Sunday, January 27, 2013

Naya 21-mo

Maafkan keterlambatan update bayi berusia 21 bulan (atau 19 bulan usia koreksi) ini. Maklum, abis kena -banyak- musibah cyiiin;)

Anyway, where to start yaaa. Mulai dari kebawelan Naya yang tiada tara saja yaa.
Jadi, di umurnya yang ke 21 bulan ini, Naya tambah bawel. Segala macem ditanyain. "Apa itu ma?" "Kenapa sih ma?" "Ada apa ma?" "Gimana ma?", "Kapan itu ma?" dsb dsb. Dan pertanyaannya tidak bisa berhenti di satu titik. Pertanyaan yang satu akan mengundang pertanyaan-pertanyaan berikutnya. Engga ada abisnya deh. Pengen tauuuuuu aja. Kalau lihat ibunya lagi nelpon misalnya, siap-siap deh dibombardir Naya. "Siapa tu ma? Ada apa? Kenapa nelpon ma?". Memang bakat kepo menurun banyak sepertinya:))

Sudah mengenal kosakata dalam bahasa Inggris. Jadi kalau dia lihat kucing, dia akan bilang "Its a cat. Itu kucing, ma. Pus. Meong". Kalau lihat pisang, dia akan bilang "Its banana. Pisang. Enyak."
Dan segala macam benda di rumah yang dia tunjuklah. Engga berhenti-berhenti:p

Setelah lancar 1-10 dan one to ten sejak beberapa bulan yang lalu, sekarang Naya lagi suka melatih alfabet. Sudah hapal A sampai Z, meskipun selalu terbalik antara M dan W, B dan D, atau P dan Q. Woohooo, im a proud mommy!

Lagi hobi minta adik. Begini kira-kira omongannya:
N: "Ma. ini wang cibu. Buat beli adik ya!' *sambil ngeluarin uang monopoli dari dompet pocoyonya*
M: "Ha? Apa kak? Adik apa?" *bingung plus panik*:))
N: "Iya, adik bayi. Cowok, satu aja ma!'
M: " Beli dimana?" *sok santai*
N: "Di mol. Sama beli bubung -bubur-Red- ayam ya."

Lain kesempatan, Naya masuk kamar membawa majalah Ayahbunda. Halaman yang dibuka adalah bagian "Bayi lahir bulan ini".
N: "Ma, Aya mau adik yang ini." *nunjuk salah satu foto bayi*
M: "Buat apa kak?"
N: "Buat Aya. Adiknya Aya."
M: "Kenapa harus yang itu? Yang ini aja yaa. *nunjuk foto lain*
N: "Engga mau. Mau yang ini. *Konsisten milih foto sebelumnya.*
M: "Kenapa harus yang itu?"
N: "Melek. Aya engga mau adik meyem. Bobo teyus."
-Memang ternyata satu halaman itu, foto bayi yang lain merem semua. Cuma ada satu bayi yang melek-:))
M: "Kenapa engga mau yang merem?"
N: "Engga bisa diajak ciiiiiissssss." ("Engga bisa diajak foto")
M: :))))))))))))

Lagi suka sekali dengan suasana ulangtahun. Barang di rumah minta dibungkus rapi pakai kertas kado, kemudian dia pura-pura buka sambil nyanyi "Hepi besdey tuyuuuuu", minta dibelikan roti yang pura-puranya 'Kue ulang tahun Aya', sambil minta tiup lilin. Hahaha lucu yaaa;)

Lagi suka-sukanya menggambar dan mewarnai. Nanti kapan-kapan Meta foto ya gambarnya. Naya suka banget gambar kupu-kupu. Engga berbentuk kupu-kupu sih, tapi menurutnya itu kupu-kupu. Errrr baiklah:p Bisa mewarnai juga pakai aplikasi ipad.

Makin sadar kamera. Kadang minta dipakaikan baju bagus, terus action sendiri sambil minta difoto. "Ma ayo dong cis Ayaaaa. Aya gayaaa!" gitu katanya. Banci foto pun ikut menular padanya:p
Centilnya minta ampun-_-"

Apalagi yaaa? Nanti kalau inget Meta update lagi deh;)
Sehat terus ya kakak Ayanya mamaaaa:*

Musibah Awal Tahun

Masih inget kan cerita saya waktu kena demam berdarah?
Nah 'bencana' yang saya alami ternyata belum cukup sampai disitu. Saat saya opname karena demam berdarah, selang 2 hari kemudian, ART saya pun harus diopname di rumah sakit yang sama, masih gegara si nyamuk aedes aegypti. Bukan itu saja, babysitter yang biasa mengasuh Naya pun harus opname juga di kampung halaman karena sudah terlanjur pulang.

Lalu bagaimana kabar Naya?

Karena seisi rumah diopname, Naya saya boyong ke rumah sakit. Sebetulnya saya khawatir juga dengan infeksi nosokomial yang bisa terjadi pada anak sekecil Naya yang masih rentan daya tahan tubuhnya. Tapi saya benar-benar engga punya pilihan lain.Selama opname, saya masih menggendong Naya kemana-mana, termasuk di tempat tidur. Bayangkan deh, di bed pasien, saya tidur dengan Naya ikut tidur di dada saya. Karena berada di tempat baru, Naya rewel dan menempel terus pada saya. Masih sempat-sempatnya minta dibacakan buku cerita, dinyanyikan, bahkan disuapi.
Tangan saya. Keren kan?:p

Akhirnya setelah 2 hari opname, walaupun badan masih lemaaaaas sekali, saya meminta pulang paksa dengan janji akan istirahat di rumah -padahal boro-boro bisa:p- demi bisa mengasuh Naya. Mama saya sebenarnya sudah berencana datang jauh-jauh dari Bandung. Tapi karena cuaca, flightnya bolak/i dicancel, mau pergi dari Jakarta juga engga mungkin karena waktu itu Jakarta sedang dilanda banjir. Walaupun begitu, selang beberapa hari setelah saya sakit, maama saya langsung terbang ke Surabaya walaupun kondisinya sendiri sedang engga fit. Ahhh i owe you so muuuuuuuuchhhh mom! :*

Karena saya kesulitan tanpa ada orang yang bisa membantu, saya mencari warnen alias ART harian. Siapa saja deh, asal ada orang di rumah yang bisa menemani saya dan Naya. Eh baruuuu 2 hari bekerja, jreeeeng, ngamar lagilah ART warnenan ini huhuhuhu. Sama, gara-gara demam berdarah! -Damn you aedes aegypti!-

Rasanya saya capeeeeek sekali. Mata saya sudah seperti zombie, saya masih pusing berat, belakang mata saya pun masih sakit,  engga pernah makan, masih harus memandikan-menggendong-menyuapi-memasak walaupun seadanya untuk Naya-menidurkan- pokoknya semua deh. Badan saya seperti habis dihantam truk, selain karena memang masih dalam proses recovery demam berdarah, saya engga bisa tidur sama sekali karena Naya rewel.  Saya juga masih harus masuk ke rumah sakit. Untungnya selama bulan ini stase yang saya jalani lumayan santai. Saya engga bisa membayangkan deh kalau engga. Selama saya di rumah sakit, Naya saya titipkan ke mama.

Setiap hari saya merasa stress dan depresi. Ingin sekali ngamuk, tapi engga tahu juga mau ngamuk ke siapa. Kalau nyamuk aedes aegypti bisa saya amukin, abis tuh pasti riwayatnya:p Inginnya menangis terus, tapi kok ya engga ada gunanya. Pada akhirnya, selama beberapa hari itu saya emosi tingkat tinggi, rasanya ada dua tanduk nongol melulu di kepala saya. Bayangkan, Naya kan susah banget tidur nih gegara sakit, harus digendong diayun-ayun dulu padahal biasanya engga begitu, rewel pula merengek terus. Saat sudah tertidur setelah saya ayun-ayun hampir sejam, eh tetiba ada telpon rumah bunyi yang tentu saja membangunkan Naya lagi dengan gampangnya. Yang menyebalkan, ternyata yang menelpon salah sambung! Menurut looooo? Langsung saya omeli habis tu orang. Hahahaha, maap ya tanteh:p

Saya juga rajin 'meneror' suami yang sedang dinas nun jauh disana. Sebenarnya bukan berniat meneror sih, saya cuma ingin curhat karena merasa berat menjalani semuanya sendirian. Tapi kayanya curhat saya berubah jadi teror karena saya sedang penuh emosi deh. Ya maap:p

Oh ya, satu lagi, saya SEBAAAAAAAAL sekali setiap ada yang bertanya pada saya "Lho, suaminya mana? Engga bisa pulang dulu?" atau "Yah, suaminya disuruh pulang dululah, masa lebih mentingin istri orang?" atau "Engga kasian anakmu dibawa ke rumah sakit?" atau komentar sejenis. Duh dengerin deh, KALAU SITU GA BISA BANTUIN YOU'D BETTER SHUT UP.
Aslik, mungkin maksudnya cuma basa/i tapi bikin orang tambah depresi plus emosi tau engga.
*usep2 tanduk di kepala*

Anyway, saya masih bersyukur karena di saat seisi rumah sakit semua, alhamdulillah Naya sehat walafiat. Sampai.. beberapa hari yang lalu saat akan saya tinggal jaga, Naya demam tinggi. Hampir mencapai 40 derajat. Ini bukan demam pertama Naya sih, memang setiap akan tumbuh gigi baru, Naya akan demam tinggi sekali. Tapi karena seisi rumah dan tetangga-tetangga saya baru saja diopname gegara demam berdarah, saya panik. Saya khawatir sekali Naya terkena dengue. Duh.

Naya sendiri masih aktif seperti biasa, masih menari-nari, bernyanyi, loncat-loncat, lari-lari, tapi ya itu, rewel sekali. Kalau mengikuti logika sih, saya seharusnya membawa Naya ke rumah sakit untuk diperiksakan darah. FYI, untuk pemeriksaan spesifik infeksi Dengue bisa diketahui dengan pemeriksaan NS1 sejak hari pertama. Tapi saya merasa kasihan juga kalau melihat Naya dicek darah setiap hari. Apalagi setelah ikut saya diopname, Naya kelihatannya trauma sekali melihat rumah sakit. Jadilah saya mengambil keputusan untuk merawat Naya sendiri di rumah dengan pengamatan intensif. (Disclaimer! JANGAN ditiru yaaa. Kecuali kalau anda dokter anak:p)

Saat panas tinggi dan rewel, Naya bilang ke saya: "Mama, gigi Aya tumbuh bayu. Satit cekayi."
Saya lihat gusinya memang bengkak pertanda ada gigi baru yang akan tumbuh. Dalam hati saya berharap tak henti-hentinya semoga panasnya Naya memang karena gigi yang akan tumbuh.

Setiap jam, saya ukur nadi dan suhu tubuh Naya. Saya pastikan Naya mau makan dan minum yang banyak. Engga seperti sebelumnya, supaya Naya mau makan banyak, saya bolehkan dia makan apapun yang biasanya engga pernah saya ijinkan. Saya ijinkan Naya minum teh kotak, makan kerupuk, es krim, apa sajalah yang dia mau. Saya sendiri yang menyuapi Naya dan menghitung kalori yang masuk. Saya ukur benar cairan yang masuk dan keluar, kemudian saya hitung balans cairannya. Saya yang meminumkan obat antipiretik, bahkan setiap jam saya periksa apakah ada pembesaran liver pada Naya. Saya juga sudah menyiapkan infus set sehingga kalau ada apa-apa, saya akan menginfus sendiri Naya.

Hari ke-4, demam Naya turun. Saya senang sekaligus juga waspada. Pada infeksi dengue, turunnya demam harus sangat diwaspadai karena ini adalah pertanda masa kritis pada anak. Karena melihat setelah panas turun Naya jadi aktif kembali, makan minumnya banyak, saya yakin bahwa alhamdulillah its not dengue. Walaupun begitu, saya tetap berhati-hati. Saya masih mengobservasi Naya secara intensif, sampai Naya hapal sendiri, memberikan pergelangan tangannya kepada saya sambil bilang "Ini ma, peyiksa nadi Aya." :)))

Hari ke-6, Naya sudah sehat walafiat, dan karena sudah melewati masa kritis infeksi dengue, saya agak tenang. Karena Naya menagih terus "Ayo ma, ke moooooool", saya ajak Naya ke mal dan dia happy banget, senyum-senyum, tertawa-tawa sepanjang hari. Dasar anak mal:p

Engga kelihatan sakit kan?

Sampai hari ini, ART dan babysitter saya masih bebas tugas. Saya mencari warnen lain lagi yang lumayan bisa sedikit membantu di rumah. Untung ada mama saya yang selalu bisa diandalkan. Cant imagine my life without her;) Saya sudah engga emosian karena rasanya sih saya sudah lumayan sehat, Naya juga alhamdulillah sehat. 

Ada beberapa hikmah yang bisa saya ambil.
Yang pertama, alhamdulillah berat saya turun 3 kg . HAHAHA. Engga perlu ribet-ribet diet ya:p
Yang kedua, saya sadar karena kesibukan, kurang begitu memperhatikan kebersihan rumah.Mulai hari ini, saya akan menerapkan OCD saya ke rumah sama seperti OCD saya ke hal lain:p
Yang ketiga, saya sudah memantapkan hati untuk punya anak lagi, adik buat Naya. Lah? Kok jauh bener hikmahnya?:p Saya engga mau kelak kalau Naya sudah besar terus sakit atau terlibat masalah, kebingungan sendiri. Kalau ada saudara kan pasti enak, bisa share, bisa saling membantu. Tapi nantiiiii ya nak, tunggu beberapa tahun lagi;)
Yang keempat, sebagai semi-single-parent (karena suami sibuk melulu dan seringkali ada entah nun jauh dimana), saya harus belajar lebih mandiri lagi. Mungkin kalau mandiri secara fisiknya sudah ya, secara saya sudah hidup berjauhan dari orangtua dan benar-benar on my own sejak kelas 1 SMA, tapi mandiri secara psikis yang belum. Saya akan mulai belajar deh, demi kebaikan semua pihak:D

Saturday, January 19, 2013

Demam Berdarah


Awalnya saya merasa sangat pusing. Entah karena kurang tidur atau terlalu capek -thx to jadwal jaga yang menumpuk-, yang jelas kepala saya terasa berat dan berdenyut-denyut sepanjang hari.

Walaupun begitu, karena keesokan harinya suami akan pergi dinas luar pulau di Soe -3 jam perjalanan dari Kupang- dan babysitter Naya juga akan pulang kampung, saya menyempatkan diri untuk berbelanja segala kebutuhan rumah tangga di supermarket.

Di supermarket inilah saya baru merasakan badan saya nyeri semua, mungkin hampir persis seperti tertindih orang sekampung. Beneran deh, engga enak banget!

Saya masih belum berpikiran macam-macam. Saya pikir ini semua karena stress mau maju ilmiah sidang case report saja. Memang, sebagai ratu stress, saya ini gampaaaaaang sekali merasa stress. Daaaaaan..biasanya stress ini diikuti dengan gangguan kesehatan. Misalnya, saat mau maju untuk morning report, saya bisa mulas-mulas dan diare. Saat waktunya presentasi problem case, saya bisa dipastikan akan mual dan muntah. Apalagi kalau akan menghadapi ujian, waaah mulai pusing, diare, takikardi, hiperhidrosis, semua ada deh!

Kembali ke soal si pusing.

Sore harinya sepulang dari supermarket, saya merasa sangat kedinginan. Saya dobel selimut dan matikan AC. Saya langsung merasa kalau suhu tubuh saya pasti sebentar lagi akan beranjak naik. Betul saja, beberapa saat setelah menggigil, suhu saya mencapai hampir 40 derajat celsius!

Menurut suami, saya mengigau tak henti-henti sepanjang malam dengan suhu tubuh yang tak juga turun. Suami menanyakan ke saya apakah saya ingin dibawa ke rumah sakit untuk cek darah atau diinfus, tetapi karena baru hari pertama, saya tidak mau. Saya yakin kalaupun dicek darah hasilnya pasti masih normal. Selain itu saya masih bisa minum banyak sehingga tidak perlu diinfus.

Keesokan harinya, sebelum berangkat ke airport, suami membelikan saya bubur ayam langganan. Biasanya saya bisa menghabiskan seporsi penuh. Tapi ini sesendok saja susaaaah sekali ditelan. Nafsu makan menghilang, namun saya tetap memaksakan diri makan sebanyak-banyaknya karena malas diinfus.

Selama 2 hari setelahnya saya benar-benar engga bisa ngapa-ngapain. Suhu tubuh yang naik turun, pusing berat membuat saya terkapar di tempat tidur. Naya, yang tumben-tumbenan bisa melihat emaknya di rumah seharian tentu bahagia sekali. Apalagi karena babysitternya pulang, Naya menempel terus ke saya. Saya juga baru tahu ternyata ART saya sama-sama panas tinggi. Duh! Saya engga mungkin menyerahkan Naya kepadanya, sehingga walaupun lemas dan pusing luar biasa, saya handle semua urusan Naya. Untungnya, ada warnen babysitter yang bisa saya panggil untuk menggantikan sementara. Lumayanlah. Oh ya di hari ke-3 saya memeriksakan darah dan menyimpulkan bahwa saya positif terkena Dengue Fever. Hanya saja karena intake masih baik dan trombosit saya tidak terlalu rendah, saya memutuskan untuk bedrest saja di rumah.

Hari ke 4, saya memaksakan diri masuk ke rumah sakit karena harus maju presentasi case report di ruang sidang. Iyaa, engga bisa ditunda! Apapun alasannya, kalau saya tidak maju hari ini, saya harus mengulang stase satu bulan. Duh, menbayangkannya saja sudah malas ya. Akhirnya saya nekad-nekadan tetap pergi ke rumah sakit naik taksi untuk presentasi sambil berdoa, semoga saat presentasi saya kuat berdiri, engga pingsan dan engga sampai syok di tengah-tengah ilmiah. Saya sudah engga peduli soal nilai, yang penting maju!

Saat maju presentasi, saya sudah merasa ada yang engga beres. Keringat dingin membasahi seluruh badan saya. Tangan dan kaki saya dingin seperti tidak dialiri darah. Saya pun merasa lemas sekali. Walalupun begitu, saya berusaha menyelesaikan presentasi sebaik mungkin. Saya engga ingin ada yang tahu kalau saya sedang sakit. Saat sessi pertanyaan, saya hampir engga bisa mencerna pertanyaan penguji dengan baik. Tapi saya usahakan menjawab sebisa saya. (Alhamdulillah setelahnya saya tahu saya lulus dengan nilai yang sangat tinggi.).

Sehabis presentasi, saya merasa pusing sekali dan memutuskan untuk memeriksa darah dulu. Hasilnya lumayan baik, sehingga saya memberanikan diri pulang ke rumah diantar oleh seorang teman dengan taksi untuk melanjutkan istirahat.

Keesokan harinya, hari ke-5 panas atau masa-masa kritis dalam demam berdarah, saya kebagian tugas jaga. Saya sudah mencari ganti untuk menukar jadwal jaga tapi sayangnya tidak ada teman yang bisa. Saya nekad jaga dalam kondisi masih lemas. Saya meminta tolong perawat mengambilkan darah untuk diperiksakan di laboratorium. Dan ternyataaaaa.. saat akan diambil darah, nadi saya hampir engga teraba, jarum sudah berulang kali masuk ke pembuluh darah tapi darah tak kunjung keluar. Saya langsung tahu kalau saya sedang syok. Secara sadar, saya meminta perawat untuk mengrojok saya dengan larutan infus Ringer Laktat sambil meminta balabantuan jaga SOS.

Syukurlah teman saya yang baik hati dan dermawan datang untuk menggantikan jaga. Saya langsung pindah ke rumah sakit dengan status pasien dan dirawat karena demam berdarah alias Dengue Hemorrhagic Fever, bukan lagi Dengue Fever.

Yang menyedihkan, ternyata selain saya dan ART yang terkena Dengue, babysitter yang terlanjur pulang pun sakit panas tinggi di kampungnya. Kemungkinan juga terkena Dengue. Duh, saya langsung menelpon babysitter saya disana agar segera menemui dokter di rumah sakit terdekat.

Rasa-rasanya rumah memang perlu di-fogging nih!

Alhamdulillah Naya baik-baik saja, Malah jadi hiburan buat saya selama sakit. Pernah ya, Naya menghampiri saya yang sedang terkapar di kamar.

Naya : " Ma, mama satit (Sakit, -Red) ya?

Meta : "Iya sayang."

Naya : "Satit apa ma?"

Meta: "Panas kak."

Lalu Naya ngibrit lari ke kamarnya mengambil buku gambar dan mulai mengipasi emaknya ini semacam sate hahaha.

Naya: "Ma dikipas-kipas bial dingin ma!"

Saat menulis postingan ini saya masih dirawat di RS nih, masih dengan infus di tangan. Hahaha bandel banget yak? Habis saya engga bisa nganggur sih, bawaannya pengen kerja melulu:p Jangan ditiru ya! Bedrest sangat penting buat yang terkena demam berdarah:D

Sekedar mengingatkan karena sekarang musim penghujan, biasanya demam berdarah akan mewabah. Jaga kebersihan lingkungan, kalau perlu minta fogging ke dinas kesehatan setempat. Kalau ada anggota keluarga yang panas, segera ke dokter jangan sampai terlambat. Bisa berabe akibatnya.

Saya akhirnya ngalamin sendiri terkena demam berdarah. Engga enak sama sekali. Yah, mana ada sih sakit yang enak ya:P

Jaga kesehatan yaaaa semua!

Stimulasi dan Mainan

Tulisan ini saya buat untuk Ayahbunda dan dipublish juga disini:)

*

Selama ini, saya sering sekali mendapat permintaan dari orangtua pasien atau teman untuk meresepi "vitamin yang paling bagus" supaya anak sehat dan pintar.

Yaa, orangtua yang mana sih yang engga mengharapkan anaknya tumbuh sehat dan pintar? Tapi sayangnya, saya engga pernah tahu ada vitamin hebat yang dapat menjamin seorang anak tumbuh sehat dan pintar. Kalau ada, saya yakin bakalan laris banget deh pasti!

Saya jadi ingat pernah mendapat kuliah dari seorang guru besar ahli tumbuh kembang anak yang mengatakan perkembangan otak seorang anak berusia 6 tahun telah mencapai 80% dari otak dewasa. Artinya 6 tahun pertama, termasuk bulan-bulan pertama, sangat penting bagi perkembangan otak manusia.

Sebenarnya selain nutrisi yang seimbang dan kasih sayang, yang harus dilakukan adalah stimulasi. Eh? Stimulasi? Bagaimana caranya? Simple, dengan mengajak anak bermain sejak lahir karena sebenarnya sel-sel otak janin tumbuh dan berkembang cepat sejak bulan pertama dalam kandungan.

Menurut saya, mainan yang baik selain aman untuk anak, fun juga harus dapat menstimulasi tumbuh kembangnya. Hal ini saya catat baik-baik di pikiran setelah melahirkan Naya dan berniat untuk mulai menstimulasinya.

Ketika saya datang ke toko mainan, saya cukup terkejut melihat banyaknya ragam mainan yang tersedia, dan tentu saja dengan beragam harga. Tidak sedikit lho yang berbandrol jutaan. *gembok dompet*

Saya jadi tambah bingung memilih yang mana. Apakah mainan yang baik harus mahal? Apakah yang harganya murah pasti kurang bagus? Kalau mengikuti kata hati sih, inginnya membeli semua:p

Karena bingung, saya sempat menunda membeli mainan untuk Naya dan menyempatkan waktu untuk browsing sana-sini. Akhirnya saya mendapatkan kesimpulan, bahwa mainan yang baik tidak harus mahal dan tidak harus dibeli. Mainan sesederhana buatan tangan kita sendiri bahkan permainan tanpa alat bantu bisa lho digunakan untuk menstimulasi tumbuh kembang anak. Saya ingin share nih bagaimana caranya memilih permainan yang baik untuk anak.

Hal terpenting dalam stimulasi dini adalah memberikan permainan pada anak sesuai umurnya. Bagaimana kita tahu permainan ini sesuai atau tidak dengan umur anak? Kalau saya biasanya menggunakan Denver II chart yang saya sertakan di bawah.

Denver II chart ini sebenarnya adalah alat bantu screening perkembangan anak sampai usia 6 tahun berisi milestone dari 4 aspek penilaian yaitu motorik kasar, motorik halus, bahasa dan personal sosial.

Caranya begini, di bagian bawah chart, tertera angka yang menunjukkan umur dalam bulan. Buat garis lurus yang memotong umur anak, lalu lihat milestone yang seharusnya sudah dapat dicapai. Berdasarkan Denver II chart ini, kita dapat membuat tujuan permainan.

Saya beri contoh sedikit ya! Misalnya untuk bayi berusia 0-3 bulan, mainan apa yang cocok?

Berdasarkan Denver II chart, bisa dilihat di range 0-3 bulan, seharusnya bayi sudah dapat menatap muka orang lain, mengamati tangan, memegang icik-icik, membalik, bereaksi terhadap suara, mengangkat kepala, dan membalas senyum.

Jadi permainan yang bisa diberikan adalah dipeluk atau digendong dan menatap mata bayi supaya bayi dapat menatap muka kita, diajak senyum dan bicara atau bernyanyi supaya bayi dapat bereaksi terhadap suara dan membalas senyum, digulingkan kanan kiri saat telentang atau tengkurap supaya bayi terlatih membalik dan dirangsang memegang mainan.

Engga mahal sama sekali kan? Bahkan selain membeli mainan icik-icik yang murah-meriah itu, saya engga mengeluarkan uang sama sekali. Untung saya belum beli mainan yang mahal buat Naya *pelit*:p

Kalau saya ringkas, jadinya seperti ini kurang lebih:

Untuk usia 3 - 6 bulan, bayi dapat distimulasi dengan permainan cilukba, melihat wajah di cermin, dan dirangsang tengkurap atau telentang bolak-balik.

Untuk usia 6 - 9 bulan, dengan diajak salaman atau tepuk tangan, memanggil namanya, dibacakan dongeng dan dirangsang duduk serta berdiri berpegangan.

Untuk usia 9 - 12 bulan, permainan ditambah dengan mengulang kata mama-papa, memasukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, bermain bola dan dilatih berdiri atau jalan berpegangan.

Dan demikian seterusnya.

Engga susah-dan engga mahal-kan? :)

Engga perlu bingung-bingung lagi deh mau membeli mainan seperti apa. Selamat mencoba! :)

Thursday, January 10, 2013

End Of Season Sale!

Tadi siang saat mengantar Naya ke mal untuk "naik ayam", saya menyempatkan diri berkunjung ke gerai Gingersnaps Indonesia.

Sejak pertama kali tahu Gingersnaps, saya sudah menaruh brand asal Filipina ini di dalam wishlist saya kalau-kalau mempunyai anak perempuan. Bagaimana tidak? Model bajunya tidak biasa, sangat fashionable, modis tapi tetap nyaman digunakan anak-anak. Bukan hanya untuk anak, Gingersnaps sebenarnya juga diperuntukkan ibu hamil yang tetap ingin tampil gaya. Sayangnya, waktu itu di Surabaya gerai Gingersnaps masih belum ada. Kalau ada, yakin deh pasti semua baju hamil saya brandnya Gingersnaps:p

Salah satu koleksi Gingersnaps yang sukses bikin saya ngiler:p

Gerai Gingersnaps baru buka di Surabaya beberapa bulan terakhir ini, dan selalu menjadi target kunjungan saya setiap ke mal.

Anyway, awalnya sih saya hanya ingin melihat-lihat saja, eh ternyata sedang ada End Of Season Sale di Gingersnaps Indonesia. Engga tanggung-tanggung, potongan 20%-50% diberikan untuk berbagai macam koleksi sampai 26 Januari. Duh, hancurlah sudah pertahanan dompet saya, kalaaaap!:))

Apalagi begitu mengetahui engga cuma Gingersnaps saja yang sedang End Of Season Sale, tetapi juga Mothercare dan ELC.

Beruntung banget deh saya karena hari ini adalah hari pertama dari End Of Season Sale. Waaa masih banyak barang bagus yang tersedia. Kalau hari ini dikhususkan untuk member dan pemegang kartu HSBC, mulai besok terbuka untuk umum. Saya sempat melihat antrian panjang di gerai Mothercare berisi emak-emak macam saya:)). Wajar sih, sampai 10 Februari 2013, diskonnya besar lho! 30-70%! Lumayan banget kan? Saya sebenarnya lagi naksir celana jeans buat Naya yang cute banget di Mothercare. Tapi, karena bulan lalu baru saja membelikan celana pendek serta jegging di gerai yang sama, suami 'mengultimatum' saya kalau budget belanja selanjutnya harus dipakai untuk membeli mainan Naya. Bocah satu ini lagi senang-senangnya memainkan drum-_-".

Ehh pucuk dicinta ulam tiba, karena baik Mothercare maupun ELC dan Gingersnaps Indonesia sedang habis-habisan diskon, saya bisa mencukupi budget belanja untuk membeli sesuatu dari ketiga brand tadi. Horeeeee!

Untungnya, di Galaxy Mal tempat saya berbelanja, ketiga gerai ini bersebelahan. Jadilah selama saya sibuk memilih-milih dress untuk Naya di Gingersnaps kemudian 'mempekerjakan' suami untuk mengantri di Mothercare membeli celana jeans yang diidam-idamkan, Naya sibuk juga mencoba berbagai mainan di ELC. Enaknya di ELC, kita boleh lho mencoba mainan walaupun harus membuka kemasannya. Bahkan boleh juga dimainkan langsung di gerainya. Oh ya, End Of Season Sale ELC berlangsung sampai tanggal 3 Februari.

Buat yang engga ingin kehabisan barang-barang berkualitas jaminan mutu dari Gingersnaps Indonesia, Mothercare atau ELC, yuuuk segera ke mal terdekat sebelum End Of Season Salen-nya berakhir dan -tentu saja- sebelum kehabisan! :)

Balada Shopping

Belanja memang selalu identik dengan kaum wanita. Saya pernah membaca kalau wanita rata-rata melakukan aktivitas belanja sebanyak 301x per tahun, dengan total 399 jam dan 43 menit. Ini diluar online shopping yang marak akhir-akhir ini atau window shopping lho!

Saya sih, belum pernah menemukan wanita yang engga suka shopping:D
Rasanya semua wanita yang saya kenal suka berbelanja. Dan hampir semuanya punya kecenderungan lebih suka atau lebih sering dalam membeli sesuatu.

Misalnya saja, jangan jauh-jauh, mama saya hobiiiiiii sekali berbelanja sepatu. Walaupun sepatunya ada banyaaaak sekali, tapi mama selalu merasa engga punya sepatu-_-". Bukan hanya tersedia dalam beragam warna, tapi ada juga beraneka model, tinggi hak, dan bahan pembuatnya. Bahkan, untuk satu warna seperti hijau misalnya , mama saya punya banyak sepatu. Hijau tua, hijau muda, hijau daun, hijau botol, hijau pupus, hijau elektrik, hijau pastel dan entah hijau apalagi. Itu baru warna lho!

Sepupu saya, sebut saja namanya O, punya kecintaan terhadap baju. Lemari bajunya sampai ada 3, dan penuh semua. Saya pernah ikut O saat beberes lemari tadi, dan saya menemukan banyak sekali baju baru -masih ada label harganya- yang dia sama sekali lupa pernah membelinya. -_-"

Seorang teman saya, Vee, suka sekali membeli parfum. Dia mempunyai lemari yang penuh berisi parfum. Setiap hari parfum-parfum tadi digunakan bergantian.

Sedangkan R, hobi membeli jam tangan. Walaupun yang setiap hari dipakai hanya yang itu-itu saja, tapi koleksi jam tangannya melebihi jumlah minggu dalam setahun.

Ada juga Z, yang engga pernah lupa untuk membeli aksesori kemanapun dia pergi. Gelang, anting, cincin, kalungnya banyaaaaaaak sekali. Saya yang pernah melihatnya sampai pernah bertanya apakah barang-barangnya akan dijual:p

Sama seperti teman saya yang lain, D, sukaaa sekali membeli perlengkapan make up. Segala macam merk eye shadow, lipstick, skin care, atau entah apa pasti dia beli begitu dirilis.
Ada lagi teman saya yang lain yang suka berbelanja peralatan masak. Dia selalu suka membeli panci, wajan, pisau, cutlery dan kawan-kawannya. Belum tentu dipakai lho, hanya saja dia mengaku puas setelah membeli barang-barang tadi.

Ah, kalau saya ceritakan satu-satu, engga habis-habis nih!:D

Kenapa juga saya ujug-ujug ngomongin soal belanja?

Ceritanya, sehabis menikah dulu, suami saya sempat terheran-heran, karena engga seperti wanita-wanita yang dia kenal, saya hampir engga pernah berbelanja di luar kebutuhan. Baju terakhir yang saya beli -untuk saya sendiri ya- sudah hampir setahun yang lalu, saat saya membutuhkan baju menyusui. Sepatu yang terakhir saya beli pun entah sudah berapa tahun yang lalu. Jangan tanya make up atau parfum yaa, lamaaaaaa banget -itupun kalau pernah-:p

Saya sendiri mengaku ke suami kalau satu-satunya yang suka dan sering saya beli adalah buku, dan itu pun selalu yang sedang saya butuhkan. Saya merasa engga pernah membeli sesuatu di luar kebutuhan dan hanya berdasarkan impuls saja.

Sampai....

Kemarin, suami dan saya beberes lemari buku dan suami terkaget-kaget menemukan banyak sekali notes milik saya..yang masih tersegel dan berlabel harga.:))

Sejak kecil, saya memang sukaaa sekali mengumpulkan notes. Kemana-mana, noteslah barang wajib yang harus saya bawa. Dari dulu, saya memang suka menulis. Saya selalu menulis di notes sebelum punya laptop atau tablet.

Tapi ternyata tanpa disadari, walaupun sekarang tiap menulis saya menggunakan smartphone/laptop/tablet, saya engga bisa menahan diri setiap melihat notes. Saya juga baru ngeh lho kalau dalam urusan notes menotes ini, saya selalu membelinya berdasarkan impuls:))

Saya rajin menumpuk notes-notes ini dan rajin membeli yang baru walaupun yang sebelumnya belum terpakai. Entah kenapa ya. Mungkin alam bawah sadar yang mendorong saya berpikir "Pasti nanti terpakai kok."

Oke, jadi ada yang kecanduan membeli sepatu, tas, parfum, makeup, gadget, aksesoris, jam tangan dan sebagainya. Saya? Kecanduan notes!:))


Friday, January 4, 2013

Sakit Hati

Pernah merasa sakit hati?

Yang saya maksud sakit hati disini bukan literally seperti hepatitis atau hepatoma ya:p

Maksudnya adalah merasa disakiti oleh orang lain bukan dalam bentuk fisik. Bisa jadi timbul karena kata-kata pedas yang menyinggung, bisa jadi karena perbuatan yang dianggap tidak menghargai, atau bisa juga muncul dari perasaan diremehkan.

Sebagai makhluk sosial, wajar jika manusia merasakan sakit hati. Dalam berhubungan dengan orang lain, terkadang banyak halangan yang membuat hubungan tidak semulus yang diharapkan. Namanya juga manusia, beda pola pikir, beda budaya, beda kebiasaan, beda didikan, semuanya beda deh! Bahkan kembar identik pun biasanya tidak mempunyai sifat atau perilaku yang identik.

Terkadang sesuatu yang diucapkan orang lain terasa pedas bagi telinga kita padahal orang tadi tidak bermaksud menyakiti. Terkadang perbuatan orang lain kita rasakan melukai kita walaupun orang tersebut tidak berniat buruk.

Saya sendiri termasuk ke dalam tipe orang yang tidak gampang merasa sakit hati. Profesi yang beranekaragam membuat saya mempunyai berbagai macam teman dari berbagai dunia. Ini yang membentuk tingginya kadar toleransi saya terhadap orang lain. Ditambah, pada dasarnya saya cuek banget. Selama engga bawa-bawa keluarga dan keyakinan saya, peduli amat deh! Saya yakin, kelak semua niat, ucapan, perbuatan buruk akan dibalas oleh Allah Swt. Terus ngapain saya repot-repot dan capek-capek sakit hati?

Seingat saya, seumur hidup ini saya hanya pernah 2x sakit hati. Yang pertama, pernah saya ceritakan disini.
Yang kedua, baru-baru ini saja terjadi.

Selain omongannya yang kasar (kalau saya saja bilang kasar, artinya benar-benar kasar. Sangat tidak pantas keluar bahkan dari orang yang tidak berpendidikan, apalagi yang konon highly educated), pedas dan sangat menyakiti, saya tidak bisa menolerir kebiasaannya yang rajin sekali menyebarkan perbuatan jelek yang konon saya lakukan. Kenapa saya bilang konon? Karena demi Allah, tidak satu hal pun yang dia bilang itu benar.

Yang menyakitkan buat saya, banyak pihak yang pada akhirnya percaya bahwa saya seperti omongannya tanpa berniat repot-repot konfirmasi ke saya. Yaaa, wajar saja, bad news are always more interesting right?;)

Pada akhirnya, menyebarlah segala macam kabar yang tidak-tidak mengenai saya yang -sayangnya-dipercaya orang banyak.

Lalu apa yang bisa saya lakukan? Inginnya sih saya konfirmasi satu-satu, kepada semua orang yang sudah percaya omongannya. Tapi saya disadarkan seorang teman yang bilang itu percuma dan buang-buang energi saja. Betul juga, ingat, bad news are always more interesting. People only hear what they want to hear. Makanya acara gosip sekarang laris manis dan merajai semua stasiun televisi kita. Eh tapi menurut saya, ini bukan lagi gosip tapi sudah merupakan sebuah fitnah. Iya engga sih?

Saya benci dia. Saya benci segala omongan dan perilakunya. Saya benci semua orang yang percaya omongannya. Saya benci semua orang yang akhirnya mencap saya jelek gara-gara dia. Saya sakit hati sama dia titik. Wajar engga?

Wajar kalau dalam hubungan dengan orang lain ada like and dislike.
Hak seseorang untuk merasa suka atau tidak suka terhadap orang lain. Tapi kalau sampai menyebarkan ketidaksukaan dengan cara memfitnah sih engga wajar namanya, kurang ajar:p

Inginnya sih cuek, sama seperti yang biasa saya lakukan. Tapi ini susaaaaah sekali karena saya merasa disudutkan dan dirugikan. I was judged and stamped for something I didn't even do!  And the worst, this it was spread to the world. How bad is that?

Saya langsung mengintrospeksi diri sendiri. Bagus juga sih, gegara dia, sekarang saya lebih berhati-hati dalam bertutur kata dan bertingkah laku. Jangan sampai saya membuat orang lain sakit hati. Kalau orang itu membatin jelek mengenai saya, pasti terkabul deh! Duh, amit-amit.

Saya juga bolak/i merefleksi apa yang salah pada saya sampai dia tega begitu jahatnya pada saya. Saya sampai bertanya ke teman-teman yang satu circle dengan saya dan dia, what have I done to make me deserve this? Hasilnya? None. Engga ada. Entahlah, mungkin hanya kesalahpahaman (yang engga bisa saya konfirmasi) atau entah apa hanya dia yang tahu.

Lalu saya bisa apa?
Mem-voodoo? Menyumpahi? Mendoakan sesuatu yang jelek terjadi padanya?  (Yang saya yakin akan dikabulkan. Doa anak yatim, orang teraniaya akan dikabulkan bukan?)

Oh I wish:p

Saat sedang merasa down dan berdoa, saya mendapat pencerahan. Kalau anak yatim dan orang teraniaya doanya insyaAllah dikabulkan, ngapain saya pakai untuk ngedoain orang yang jahat sama saya? Bukannya mendingan saya berdoa supaya saya cepat lulus, supaya diberi rejeki yang mengalir, supaya keluarga saya diberi kesehatan dan keselamatan, supaya orangtua diberi umur panjang dan kesehatan, supaya saya dijauhkan dari orang-orang jahat macam dia.

Buat apa saya capek-capek memikirkan apa yang bisa saya lakukan untuk membalas kejahatannya? Lalu apa bedanya saya sama dia?

Saya percaya Allah tidak tidur. Semua hal dicatat olehNya untuk dipertanggungjawabkan kelak. Semua pasti ada balasan yang setimpal.

Yaaah, karena saya diberikan kesempatan untuk menjadi orang teraniaya oleh dia, bolehlah saya sedikit ngedoain dia. Semoga segera tersadarkan dan mendapat hidayah yaaa*puk-puk*.

Masih sakit hati? Alhamdulillah, insyaAllah sudah engga:)

Thursday, January 3, 2013

Resolusi 2013

Again, tulisan  ini merupakan tulisan yang saya buat untuk Ayahbunda, bisa dilihat disini ya linknya.
Silakan berkunjung kesana untuk membaca tulisan-tulisan saya yang lain:)

*

Coba tebak, apa yang identik dengan tahun baru selain perayaan meriah dan keriaan berterompet dimana-mana?

Yes, benar sekali, resolusi tahun baru!Entah siapa yang duluan memulai 'tradisi' ini, tapi selama yang saya ingat rasanya hampir semua orang mempunyai list pencapaiannya setiap tahun. Bisa terdokumentasi dengan baik atau hanya tersimpan dalam ingatan.

Ada yang ingin melepas status lajang, ada yang ingin lebih langsing #uhuk, ada yang ingin lebih rajin membaca buku,  pindah tempat kerja yang lebih baik, mendapat promosi, pindah ke kota lain, dsb dsb.

Saya sendiri hanya punya satu resolusi untuk tahun 2013 kelak.  Berhenti men-judge orang(tua) lain. 

Dengan begitu banyaknya 'peraturan' dalam menjadi orangtua seperti pro ASI, pro RUM, pro Homemade MPASI, pro popok kain, dan entah pro apa lagi, saya menyadari banyak orangtua saat ini yang merasa 'lebih baik' dibandingkan mereka yang tidak mengikuti peraturan tersebut.

Ayo ngaku deh, berapa kali pernah membaca twit dari seseorang me-mention account parenting tertentu yang bunyinya mengadu seperti ini:

"Duh min, masa tetanggaku anaknya dikasih makan biskuit sama bubur instan coba min. Asli engga mau repot deh itu orangtuanya."

"Sedih banget min,  anaknya sahabatku begitu lahir langsung dikasih sufor lho"

Atau
"Masa min, dari lahir langsung dipakein dispo. Kasian banget ya min."

Sering?

Jujur, saya sendiri pernah beberapa kali men-judge orangtua lain.

Waktu itu, saya kedatangan pasien berusia 4 bulan yang terkena diare kronis. Ibunya sudah berganti susu formula bolak-balik, mulai dari yang termurah sampai yang termahal. Ketika saya bujuk untuk menyusui dengan mengikuti program relaktasi, sang ibu menghindar terus. Saya sempat membatin "Duh, ibu ini kok gitu amat ya, nggak mau menyusui, ngga mau repot, ngga mau "berkorban" sedikit buat anaknya." Sampai akhirnya sang ibu mengakui kalau suaminya baru saja meninggal dunia karena AIDS.

Saya tercekat dan merasa bersalah sekali pada sang ibu karena sudah berpikir yang tidak-tidak.

Ada lagi kisah lain saat seorang anak berusia 7 tahun datang karena terlambat bicara. Jelas saya kaget karena merasa aneh kedatangan pasien dengan keluhan terlambat bicara berusia 7 tahun. Lah? Kok baru datang sekarang? Ketika saya tanyakan pada ibu dan neneknya yang mengantar,  mereka mengaku sudah menyadari anak ini belum bisa bicara sejak umur 2 tahun. Tapi saat saya tanya kenapa tidak dibawa segera, tidak ada satu pun jawaban yang keluar dari mereka, Saya sempat membatin, "Ya ampun, kemarin-kemarin kemana saja bu? Hari gini baru datang? 7 tahun? Terlambat sekali. Engga care banget sih!"

Pikiran saya itu hilang sesaat setelahnya, saya melihat ibu dan nenek tadi menangis di depan pintu dan bilang :

"Maaf ya dok, ngapunten sanget. Tadi saya ke loket untuk bayar biaya administrasi. Saya kaget karena mahal sekali. Saya engga punya uang segitu banyak dok. Sejak tahu cucu saya telat bicara, saya sudah nabung untuk biaya ke dokter. Cuma selalu terpakai karena adaaaaa saja dok. Yang sakit batuk pilek, uangnya terpakai beli obat. Yang harus bayar hutang, beli beras, dll. Hari ini, tabungan saya baru terkumpul dok. Saya hitung-hitung, biaya angkot pulang pergi untuk kami bertiga Rp. 21.000, harus ganti angkot 2 kali, kurang lebih habis Rp.50.000 sudah dengan ojek. Saya pikir biaya disini sekitar Rp. 25.000. Saya cuma punya uang Rp. 75.000 dok."

Saya merasa sangat tersentuh dan lagi-lagi merasa bersalah kepada keluarga pasien tadi. Betapa "jahatnya" saya sudah berpikiran bahwa ibu dan neneknya ngga peduli sama sekali.

Sejak kejadian-kejadian tadi, sebelum men-judge orang lain dan berpikiran yang tidak-tidak, saya menempatkan diri sendiri dalam posisi mereka dulu. I try to be in their shoes first. Kalau saya jadi mereka, kira-kira apa akan yang saya lakukan? Salahkah yang mereka lakukan itu? Terus kira-kira nih, kalau ada tetangga atau orang lain sibuk 'mengadukan' kita ke account twit tertentu tanpa tahu dan ngga mau tahu alasan kita melakukan itu, gimana sih perasaan kita?:)

Pernah ngga kepikiran kalau mungkin aja ternyata anak-tetangga-sebelah-yang-engga-pernah-dikasih-ASI itu ibunya HIV positif dan emang engga boleh nyusuin? Terus ibunya musti koar-koar gitu kalau dia terinfeksi HIV? Pernah ngga kepikiran kalau mungkin aja ternyata anak-tetangga-yang-minum-obat-terus itu memang punya penyakit kronis yang membutuhkan obat terus dan bukan berarti tidak pro RUM?

Saya percaya, tidak ada orangtua waras di dunia ini yang berkeinginan untuk mencelakakan atau membuat anaknya sakit. Saya yakin, semua orangtua ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, dengan cara apapun, semampunya.. Saya yakin, semua orangtua menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Lagipula, men-judge cara pengasuhan orangtua lain tidak menjadikan kita orangtua yang lebih baik bukan?:D

Nah, itu tadi resolusi saya. Doakan tercapai yaa!

Tuesday, January 1, 2013

Our Childhood Memories

Naya lebih mirip siapa hayooo? Bapak atau emaknya?:D

Anyway, happy new year 2013 yaaa..

Semoga tahun depan segalanya lebih baik, dan selalu diberkahi Allah SWT, amiiiin!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...